Joni Irawan
Joni Irawan
Online
Halo 👋
Ada yang bisa dibantu?

Pengobatan Kanker Tidak Aman?

Kanker merupakan momok bagi kita semua, pengobatannya dianggap memakan waktu lama, menguras tenaga dan biaya dengan efek samping luar biasa. Sehingga berkembang opini di masyarakat bahwa kemoterapi berbahaya, radioterapi mematikan dan operasi menakutkan. Belum lagi dibombardir informasi mengenai pengobatan tanpa kemoterapi, tanpa operasi dan tanpa radiasi. Pertanyaan yang sering dilontarkan oleh penderita kanker kepada dokter: Apakah kemoterapi berbahaya? apakah radiasi berbahaya? kalo bahaya kenapa diberikan?. di dalam benak penderita kanker berkecamuk antara ingin melakukan pengobatan medis dan mencoba siapa tau ada pengobatan non medis atau alternatif. Dalam kondisi demikian seseorang sangat gampang dipengaruhi, bahkan seandainya ditawarkan obat yang isinya plasebo (kosongan) lalu dijelaskan bahwa obat tersebut bukan kemoterapi dan bukan obat kimia serta dapat menyembuhkan dengan hasil yang baik, maka hampir dapat dipastikan seseorang lebih memilih obat kosongan tersebut meski misal harganya per tablet 500.000 rupiah,  obat tersebut dianggap bisa menyembuhkan dengan baik, belum lagi  keyakinan bertambah dengan testimoni keberhasilan dari 1-2 orang dengan mimik sangat meyakinkan. Padahal mungkin saja yang testimoni berhasil hanya 1-2 orang , sedangkan 100 penderita kanker yang lain yang mendapat obat kosongan tersebut  tidak sembuh atau tambah parah. Namun sangat manusiawi dalam kondisi demikian rasionalitas seseorang bisa berubah, menjadi tidak rasional, semua tawaran yang mengandung angin surga  pasti dengan mudah terima meski secara ilmiah belum dibuktikan. 

Ilustrasi Sumber net
 Mari kita menengok apakah kanker itu. Pada dasarnya secara awam kanker adalah sel tubuh kita yang telah berubah menjadi sel ganas, sel tersebut berasal dari sel tubuh normal, bisa berasal sel dari liver, serviks, usus dan semua sel di tubuh kita. Namun karena rangsangan berbagai macam zat yang disebut karsinogen maka sel sel tersebut berubah menjadi sel ganas. Apa beda sel ganas dan sel normal? Sel normal perkembangan dan pertumbuhannya terkontrol, ada mekanisme ciptaan Allah SWT yang mengontrol dengan sangat baik, sedangkan pada sel kanker , perkembangan dan pertumbuhannya tidak terkontrol, sistem mekanisme kontrol hilang, sel tumbuh semaunya tanpa bisa dibatasi, membesar dan bertambah banyak dengan kecepatan luar bisa, jauh lebih cepat dari sel normal dan hebatnya sel kanker punya kemampuan metastasis (menyebar) ke jaringan sekitarnya maupun ke tempat yang jauh dari jaringan asalnya (misal kanker rahim menyebar ke otak). Bagaimana sel yang normal tiba tiba menjadi sel ganas yang gak terkendali? jawaban untuk pertanyaan ini bervariasi, tergantung dari mana sel tersebut berasal, masing masing jenis kanker mempunyai mekanisme perubahan sendiri sendiri dari sel normal menjadi sel ganas. Sebagai contoh adalah kanker serviks, sel pelapis serviks normal oleh karena infeksi human papilloma virus dapat berkembang menjadi kanker serviks, namun untungnya perubahan tersebut berlangsung dalam waktu yang lama sehingga ada deteksi dini yang efektif berupa pap smear. Apakah perubahan menjadi kanker perjalanannya sama semua dengan kanker serviks, jawabnya : Tidak. masing masing punya karakteristik sendiri. Ada jenis kanker yang perubahan dari normal menjadi kanker hanya dalam waktu hitungan bulan. Jadi tidak semua jenis kanker bisa disamakan perjalanannya, masing masing punya tingkah laku berbeda, hal ini menjadi latar belakang kenapa tiap jenis kanker mempunyai pengobatan yang berbeda, ada yang kemoterapi ada yang radiasi ada yang operasi ada pula yang kombinasi dan lama pengobatan juga berbeda beda untuk tiap jenis kanker. 

Pada dasarnya secara medis pilihan pengobatan kanker adalah kemoterapi, operasi, dan radiasi. bisa monoterapi (satu jenis terapi) atau kombinasi diantara ketiga terapi tersebut dan saat ini berkembang tambahan pengobatan medis berupa targeted therapy dll. Mari kita tengok secara logika sederhana untuk menjawab pertanyaan apakah kemoetrapi berbahaya? Kalo kemoterapi dianggap berbahaya dan gak layak diberikan maka di seluruh dunia pasti kemoterapi tidak diijinkan beredar oleh otoritas pengawas obat dan makanan setempat. Food and Drug Administration  (FDA) di USA merupakan pengawas obat dan makanan yang terkenal sangat ketat, dan sampai saat ini masih memberikan rekomendasi pemberian kemoterapi untuk penederita kanker, demikian pula balai pengawas obat dan makanan di Indonesia, tetap memberikan ijin kemoterapi sebagai pengobatan kanker. Lalu apakah badan badan pengawas obat dan makanan tersebut ngaco? ngawur? jawabnya: Tidak, oleh karena sebelum mempunyai ijin edar sebagai salah pengobatan kanker, masing masing kemoterapi harus melalui tahapan yang sangat ketat, tidak begitu saja bisa diproduksi terus boleh beredar. Dari pertama ditemukan sampai obat kemoterapi boleh beredar memakan waktu yang sangat lama, melalui percobaan di binatang terlebih dahulu, diamati keberhasilan dan efek sampingnya, baru kemudian diuji coba ke ribuan sukarelawan (volunteer) baru kemudian boleh diedarkan bila dianggap aman. Bahkan pasca diedarkan , lagi lagi obat kemoterapi tersebut tetap diawasi, bagaimana keberhasilan dan efek sampingnya. Bila ternyata tidak aman, jelas otoritas pengawas obat dan makanan di berbagai negara akan melarang pemakaian obat kemoterapi tersebut. 

Kanker bertambah besar oleh karena sel ganas berkembang dan membelah terus, pembelahan jauh lebih cepat dari sel normal sehingga kanker  dari jaringan yang terkena kanker akan terus bertambah besar. Kemoterapi membunuh sel kanker pada dasarnya dengan cara mengambat kontrol sel untuk membelah, dan kemoterapi biasanya bekerja pada saat sel membelah, sehingga terjadi kegagalan pembelahan. Kemoterapi mematikan sel kanker yang pembelahannya cepat, untungnya kebanyak sel normal dalam keadaan tenang, proses pembelahan tidak secepat sel kanker sehingga relatif aman dari kemoterapi. Mekanisme  secara detail kemoterapi mematikan sel kanker bermacam macam. Kemoterapi dapat diberikan berupa suntik, infus,  atau tablet/kapsul. Efek samping kemoterapi biasanya timbul pada beberapa jaringan normal yang pembelahannya relatif cepat seperti: rambut, sumsung tulang (pabrik sel sel darah), sel kulit dan sel pelapis usus. Namun demikian, sel sel normal tersebut mempunyai kemampuan memperbaiki diri dari efek kemoterapi, sehingga efek kemoterapi yang terjadi biasanya tidak bersifat permanen dan akan membaik setelah proses pemberian kemoterapi tuntas. Rambut rontok, gangguan jumlah sel darah, diare dan lain lain biasanya bersifat sementara, begitu sel sel normal tersebut selesai mengalami perbaikan dari kerusakan akibat kemoterapi, maka keluhan keluhan tersebut akan membaik, tidak bersifat permanen. Ketakutan yang terjadi biasanya disebabkan karena efek samping yang terjadi. Padahal efek samping yang terjadi masih terkategori aman, apalagi dokter yang merawat pasti akan melakukan kontrol terhadap efek samping yang terjadi. 

Radiasi  merupakan salah satu terapi utama pada kanker. Suatu kanker mempunyai karakteristik masing-masing, jadi pemilihan antara kemoterapi atau radiasi bukan berdasar selera, namun berdasarkan karakteristik jenis kanker. Misal kanker serviks stadium lanjut, maka radiasi merupakan pilihan utama, kemoterapi bersifat membantu radiasi sebaliknya, kemoterapi merupakan pilihan utama pasca operasi pada kanker ovarium. Dokter akan membuat analisa mana yang paling tepat untuk masing masing situasi dan kondisi kanker pada masing masing orang. Pada prinsipnya radiasi mematikan sel kanker dengan jalan merusak DNA sela kanker, dan kerusakan yang parah akibat radiasi tersebut tidak dapat diperbaiki oleh sel kanker tersebut dan menyebabkan kematian sel kanker. Untuk mencegah kerusakan terjadi pada sel normal, maka dokter ahli radioterapi akan melakukan perencana sebelum pemberian radiasi : menghitung dosis, mengukur area mana yang akan diradiasi dll, pada prinsipnya berusaha melindungi sel normal dan mematikan sel kanker. Dalam memberikan radiasi dokter spesialis radioterapi akan merencanakan dan memberikan radiasi secara cermat, tidak asal asalan sehingga radiasi relatif aman sebagai salah satu bentuk pengobatan kanker dan masih menjadi standar di seluruh dunia untuk beberapa jenis kanker. Radiasi dapat diberikan dalam bentuk radiasi luar (eksterna), radiasi dalam (interna) dan radiasi sistemik. Efek samping akan dipantau oleh dokter dan relatif aman. 

Kalo ada tawaran obat tanpa efek samping sama sekali, jelas diragukan kebenarannya. Efek samping yang terjadi akibat kemoterapi dan radiasi relatif aman. Kedua jenis terapi ini sebelum diperbolehkan dipakai pada pasien, telah melewati uji coba yang sangat ketat. Bila ada yang menawarkan obat kanker baru atau alternatif, harus ditanyakan bagaimana uji cobanya secara ilmiah, sehingga kita tidak mengambil keputusan berdasar testimoni. Otoritas kesehatan suatu negara jelas melarang pengobatan yang dianggap tidak aman. Radiasi dan kemoterapi tetap dipakai di seluruh dunia dalam mengobati penyakit kanker. Sehingga kita tidak perlu antipati terhadap kemoterapi dan radiasi. 

Mudah-mudahan tulisan ini membuka wawasan kita mengenai pengobatan kanker 

Salam Sehat 
Dr. dr. Brahmana Askandar, SpOG (K.Onk) 
Ketua POGI Surabaya 
Pengurus Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia 
Pengurus IDI 
Staf Pengajar FK Unair Surabaya

Berbagi

Posting Komentar