Banyak orang kaya yang tidak mewariskan harta kekayaan ke anaknya. Bahkan didalam kehidupan sehari harinya mereka tidak memberikan kemewahan pada anaknya. Mereka memperlakukan anaknya seperti pada umumnya orangtua lainnya. Mungkin kita akan heran melihat apa yang mereka lakukan pada anaknya.
Kebanyakan orang kaya tersebut kehidupan masa lalunya penuh perjuangan menghadapi banyak kesulitan dan berulang kali gagal. Mereka telah terbiasa jatuh bangun dan selalu berusaha untuk bangkit dengan penuh semangat. Mengapa mereka begitu bersemangat dalam menjalani kehidupan? Satu rahasia besar adalah mereka mengumpulkan harta bukan untuk dirinya sendiri, mereka sangat Dermawan.
Mengapa mereka menjadi dermawan, padahal butuh perjuangan keras untuk menjadi orang kaya? Pada umumnya kita enggan membantu orang lain. Orang kaya yang dermawan itu sangat tahu siapa yang perlu ditolong dan siapa yang tidak pantas dibantu. Menolong orang yang tidak pantas dibantu bisa berdampak buruk. Sebaliknya menolong orang yang butuh pertolongan akan berdampak kebaikan yang luar biasa.
ilustrasi (sumber : duafa.com) |
Orang yang sangat butuh pertolongan adalah orang telah berulang kali gagal dan hampir putus asa, bukan karena malas. Perasaan gagal dan putus asa inilah yang harus tolong dengan memberikan harapan dan bantuan sesuai yang dibutuhkan. Menolong bukan hanya memberi uang cuma cuma, akan tetapi mendorong semangat untuk bangkit dan membimbing cara menghadapi masalah.
Orang kaya telah mengalami banyak kegagalan dan tahu bagaimana caranya bangkit kembali. Oleh karena itu dia akan memberikan kesempatan pada anaknya untuk belajar menghadapi tantangan kehidupan secara mandiri. Setiap anak harus belajar agar mampu mengerjakan tugas dengan sempurna. Anak harus dimotivasi agar berani bermimpi atau bercita cita sebesar besarnya dan harus yakin mampu menggapai impian tersebut. Anak juga perlu belajar menghadapi kegagalan agar terus berusaha bangkit menjadi lebih tangguh.
Banyak orangtua yang salah dalam mengambil pelajaran kegagalan dalam hidupnya. Mereka menyikapi kegagalan dengan mengeluh, menderita dan kecewa. Maka mereka berusaha keras agar anaknya tidak mengalami kegagalan maupun kesulitan.
Mereka memberikan berbagai kenyamanan dan kemudahan pada anaknya, bahkan terkadang kemewahan. Akibatnya anak terbiasa manja, menjalani hidup hanya dengan bersenang senang, setiap ada kesulitan langsung mengadu ke orangtua dan malas mengerjakan tugas. Bila demikian yang terjadi maka masa depan anak menjadi suram.
Anak menjadi pemalas, tidak bertanggung jawab, selalu bergantung dan membebani orangtua.
Pada saat orangtua tak lagi mampu membantunya, maka anak tersebut menjadi stres, emosional dan mudah menyerah. Inilah fenomena dari runtuhnya karakter yang mengancam masa depan.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa bahwa kehidupan ini membutuhkan bekal agar kita bisa menjalani dengan baik, nikmat dan beruntung. Bekal tersebut meliputi; KETEGUHAN dalam menjalankan tugas dengan benar dan baik, KEYAKINAN yang kuat bahwa semua masalah pasti ada jalan keluarnya, KEPUASAN terletak pada pencapaian yang bermanfaat bagi seluruh manusia, dan TUJUAN HIDUP adalah menjadi manusia yang beruntung, penuh kenikmatan dan bahagia. oleh dr. H Minanurrahman