Pendidikan
menjadi hal yang paling penting dalam memajukan sebuah negara
berkembang. Negara, dinilai tak akan mampu menyukseskan pendidikan
tanpa bantuan berbagai pihak.
Ilustrasi
Anak Sekolah. ©2014 Merdeka.com
|
"Harus banyak yang peduli
membantu dunia pendidikan di Indonesia. Tidak bisa kemudian itu hanya
negara yang memikul itu. Pihak swasta harus ikut berkontribusi. Salah
satunya melalui program beasiswa," kata Head Of Communication
Tanoto Foundation, Lestari Boediono dalam siaran pers yang diterima
merdeka.com, Minggu (12/3).
Menurut Lestari, didirikannya
Tanoto Foundation adalah bagian dari komitmen perusahaan untuk ikut
berkontribusi di bidang sosial. Salah satunya, melalui program
beasiswa. Pendidikan adalah aspek paling penting dalam pembangunan
sebuah bangsa.
Terlebih di era global seperti sekarang ini, dimana persaingan antar negara kian ketat. Kualitas sumber daya manusia jadi penentu dalam memenangkan kompetisi.
"Tentu tidak hanya program beasiswa, kami juga konsen dalam program pemberdayaan masyarakat dan komunitas," katanya.
Untuk tahun ini, lanjut Lestari, Tanoto Foundation telah melansir satu program pemberian beasiswa untuk mahasiswa S1 dan S2. Program beasiswa ini ditujukan kepada mereka yang punya prestasi, tapi dari sisi kemampuan ekonomi dihimpit kesulitan. National Champion Scholarship, demikian nama program tersebut.
"Beasiswa ini diberikan oleh Sukanto Tanoto atas kepeduliannya terhadap masa depan Indonesia dan generasi penerusnya," ujarnya.
Program beasiswa ini akan diberikan kepada 275 mahasiswa yang lolos seleksi. Rinciannya, 250 mahasiswa S1 dan 25 mahasiswa S2 dari berbagai disiplin ilmu. Dan, tidak hanya biaya sekolah serta biaya hidup yang diberikan. Penerima beasiswa juga akan diikutkan dalam program lainnya, seperti pelatihan soft skill, program pemberdayaan, hingga magang di perusahaan. Bahkan, penerima beasiswa dapat kesempatan untuk ikut program ikatan dinas.
"Penerima beasiswa akan diberi bekal soft skill lainnya, misal public speaking. Manajemen diri, menulis, kerjasama tim dan ikut program pemberdayaan masyarakat, komunitas dan lainnya," kata Lestari.
Lestari menambahkan, mendidik generasi muda, bukan sekedar tanggungjawab negara. Tapi tanggungjawab semua pihak. Tidak terkecuali pihak swasta atau non negara. Jika semua peduli, dan ikut bersama-sama berikhtiar memajukan dunia pendidikan, akan lahir banyak calon pemimpin unggul di masa datang.
"Dunia pendidikan,ibarat kawah candradimuka bagi mereka yang kelak akan jadi pemegang tongkat estafet sejarah," katanya
Tentu, kata dia, pendidikan yang komplet, yang menyangkut semua aspek yang diperlukan. Sehingga yang dilahirkannya pun adalah generasi dengan kemampuan mumpuni. Dan itu memerlukan dukungan semua pihak. Berdirinya Tanoto Foundation harus diletakkan dalam konteks spirit untuk ikut berkontribusi dan membantu anak-anak bangsa. Itulah yang jadi ruh Tanoto Foundation dalam segala kiprahnya. Salah satunya melalui pemberian beasiswa.
"Tanoto Foundation dengan berbagai programnya mendukung persiapan lahirnya calon-calon pemimpinnya," ujarnya.
Menurut Lestari, seorang calon pemimpin, tak sekedar harus pintar dan berotak encer. Tapi seorang calon pemimpin mesti memiliki banyak aspek kepemimpinan. Misalnya, seorang pemimpin adalah orang yang komunikatif, luwes dan tak menjaga jarak dengan yang dipimpinnya. Pemimpin harus mampu memberdayakan mereka yang dipimpinnya. Sebab pemimpin adalah penggerak.
"Tapi tentu tak asal gebrak. Namun gebrakan yang membuat banyak orang terinsiprasi," ujarnya. [rnd] Sumber : Merdeka.com Minggu, 12 Maret 2017 17:39Reporter : Randy Ferdi Firdaus
Terlebih di era global seperti sekarang ini, dimana persaingan antar negara kian ketat. Kualitas sumber daya manusia jadi penentu dalam memenangkan kompetisi.
"Tentu tidak hanya program beasiswa, kami juga konsen dalam program pemberdayaan masyarakat dan komunitas," katanya.
Untuk tahun ini, lanjut Lestari, Tanoto Foundation telah melansir satu program pemberian beasiswa untuk mahasiswa S1 dan S2. Program beasiswa ini ditujukan kepada mereka yang punya prestasi, tapi dari sisi kemampuan ekonomi dihimpit kesulitan. National Champion Scholarship, demikian nama program tersebut.
"Beasiswa ini diberikan oleh Sukanto Tanoto atas kepeduliannya terhadap masa depan Indonesia dan generasi penerusnya," ujarnya.
Program beasiswa ini akan diberikan kepada 275 mahasiswa yang lolos seleksi. Rinciannya, 250 mahasiswa S1 dan 25 mahasiswa S2 dari berbagai disiplin ilmu. Dan, tidak hanya biaya sekolah serta biaya hidup yang diberikan. Penerima beasiswa juga akan diikutkan dalam program lainnya, seperti pelatihan soft skill, program pemberdayaan, hingga magang di perusahaan. Bahkan, penerima beasiswa dapat kesempatan untuk ikut program ikatan dinas.
"Penerima beasiswa akan diberi bekal soft skill lainnya, misal public speaking. Manajemen diri, menulis, kerjasama tim dan ikut program pemberdayaan masyarakat, komunitas dan lainnya," kata Lestari.
Lestari menambahkan, mendidik generasi muda, bukan sekedar tanggungjawab negara. Tapi tanggungjawab semua pihak. Tidak terkecuali pihak swasta atau non negara. Jika semua peduli, dan ikut bersama-sama berikhtiar memajukan dunia pendidikan, akan lahir banyak calon pemimpin unggul di masa datang.
"Dunia pendidikan,ibarat kawah candradimuka bagi mereka yang kelak akan jadi pemegang tongkat estafet sejarah," katanya
Tentu, kata dia, pendidikan yang komplet, yang menyangkut semua aspek yang diperlukan. Sehingga yang dilahirkannya pun adalah generasi dengan kemampuan mumpuni. Dan itu memerlukan dukungan semua pihak. Berdirinya Tanoto Foundation harus diletakkan dalam konteks spirit untuk ikut berkontribusi dan membantu anak-anak bangsa. Itulah yang jadi ruh Tanoto Foundation dalam segala kiprahnya. Salah satunya melalui pemberian beasiswa.
"Tanoto Foundation dengan berbagai programnya mendukung persiapan lahirnya calon-calon pemimpinnya," ujarnya.
Menurut Lestari, seorang calon pemimpin, tak sekedar harus pintar dan berotak encer. Tapi seorang calon pemimpin mesti memiliki banyak aspek kepemimpinan. Misalnya, seorang pemimpin adalah orang yang komunikatif, luwes dan tak menjaga jarak dengan yang dipimpinnya. Pemimpin harus mampu memberdayakan mereka yang dipimpinnya. Sebab pemimpin adalah penggerak.
"Tapi tentu tak asal gebrak. Namun gebrakan yang membuat banyak orang terinsiprasi," ujarnya. [rnd] Sumber : Merdeka.com Minggu, 12 Maret 2017 17:39Reporter : Randy Ferdi Firdaus