Gara gara seorang Cagub kalah dalam Pilkada dan terpenjara karena menghina agama, para pendukungnya marah marah dan mengancam disintegrasi. Padahal mereka telah berjanji untuk menghormati keputusan hakim. Bila kita cermati dengan teliti, mengapa mereka begitu kecewa dan marah? Maka kita akan melihat bahwa para pendukung itu telah mengalami banyak kerugian dan merasa tertipu, akan tetapi mereka tidak menyadari. Anehnya mereka terus menyalahkan umat Islam. Astagfirullah...
ilustrasi |
Mereka itu terdiri dari kelompok penyandang dana, kelompok penguasa & politikus, dan kelompok simpatisan. Para pemodal sudah mengeluarkan banyak uang dan siap berpesta kemenangan menyambut panen raya (menguras kekayaan bangsa Indonesia). Sedangkan para penguasa pun telah siap siap dengan segala peraturan (legalitas) untuk memuluskan hajat para pemodal. Yang paling memprihatinkan adalah simpatisan yang silau terpukau pada impian Fatamorgana.
Aneka tingkah propaganda ribuan Rangkaian Bunga menghibur diri atas kekalahan Pilkada mendapatkan hadiah Vonis Bersalah Menodai Agama. Syok! Mereka marah menyalahkan semuanya; hakim salah, jaksa salah bahkan presiden pun dihujat. Dan murka mereka diarahkan ke umat Islam yang mereka tuduh Intoleran, anti kebinekaan, anti Pancasila dan lainnya. Mereka berdemo dengan membakar lilin sampai malam, tapi mereka dibiarkan. Syukurlah hari berikutnya Polisi bertindak tegas membubarkan aksi malam hari. Dengan alasan keamanan polisi memindahkan sang terpidana ke Mako Brimob. Akhirnya para simpatisan itu menghentikan aksinya.
Kini ganti sang pemodal memainkan penguasa dan polisi untuk balas dendam. Tak tanggung tanggung Menkopolhukam mengancam dengan membubarkan salah satu ormas Islam yang dianggap radikal. Syukurlah para ulama dan tokoh Islam menanggapi dengan santai, bahkan mempersilakan memproses secara hukum. Disisi lain para pengamat politik dan hukum berpendapat bahwa 'sulit membubarkan suatu ormas di era kebebasan berpendapat!'. Kita tunggu apa yang akan terjadi...
Langkah yang lucu adalah upaya polisi yang mencari cari alasan untuk menangkap seorang tokoh penggerak aksi bela Islam. Mirip menangkap belut yang licin. Mereka gunakan umpan 'wanita cantik' sebagai cara menjebak ke arah penyebaran konten pornografi. Lucunya polisi menjadikan sang umpan cantik sebagai tersangka dan sang umpan menerima dengan senyuman. Sang Tokoh yang cerdas ini melenggang ke luar negeri mencari perlindungan dari Sang Raja Saudi. Mampukah polisi menangkap? Kita lihat nanti...
Sementara itu bapak Presiden terus bekerja menjalin hubungan dengan bangsa bangsa di Dunia. Sepulang dari RRC Bapak Presiden mengumpulkan beberapa tokoh lintas agama dan menyerukan untuk menghentikan semua perselisihan yang terjadi. Ternyata tak ada dampaknya. Semua masih terus berselisih. Sepertinya Bapak Presiden belum ingin mengakhiri perselisihan ini. Akan tetapi jangan diartikan membiarkan...
Apakah betul ada ancaman disintegrasi? Bila ingin tahu.. Simak saja apa kata Panglima TNI. INDONESIA ini punya kekayaan yang luar biasa, salah satunya adalah Papua.
Kekayaan Indonesia itu tersebar di seluruh daratan dan lautan. Maka untuk merampok kekayaan Indonesia maka harus dipecah pecah menjadi kecil. Upaya memecah belah bangsa Indonesia ditempuh dengan berbagai cara. Maka kebinekaan menjadi satu pintu besar untuk dihancurkan bila tidak dipersatukan. Pemersatu Kebinekaan itu adalah Pancasila. Jadi siapakah yang menginginkan Disintegrasi? Tentu bukan warga negara Indonesia yang baik. Oleh karena itu STOP PERSELISIHAN antar Elit Politik dan Elit Penguasa. Jangan mau dikendalikan oleh pemodal asing maupun aseng.
Oleh dr. H Minanurrahman