Joni Irawan
Joni Irawan
Online
Halo 👋
Ada yang bisa dibantu?

Menyambut Duet Jokowi-Gatot Tahun 2019

Beberapa waktu belakangan, di media sosial beredar berbagai opini menyanjung Panglima TNI saat ini, Pak Gatot Nurmantyo.  Pidato Pak Gatot tentang 3 jimat Jenderal Sudirman,  pendekatan humanis menangani demonstrasi 411, foto-foto saat shalat berjamaah dengan para kepala staff dan watak religiusnya, menjadi titik sentral meluasnya opini tersebut.

Ini tentu sangat menggembirakan. Mengingat di lain waktu TNI pernah menjadi sasaran tembak di dunia maya dengan opini ketidakberpihakannya kepada rakyat. “TNI lahir dari rakyat , seharusnya memihak rakyat yang mayoritas muslim bukan pemerintah yang taghut”. Ehemmm.

Sumber: idQuote.info
Di sisi lain, opini pujian itu justru diiringi opini bahwa Pak Gatot lebih pantas jadi presiden dibanding presiden saat ini. Perbandingan dibuat melalui berbagai sisi, dari mulai postur, latar belakang, ketegasan, cara menangani masalah dan hingga (tentu saja) kesalehan beragama. Intinya, Pak Gatot jauh lebih pantas menjadi presiden dibandingkan Pak Jokowi.

Tidak kurang seorang Karni Ilyas menanyakan langsung kepada Pak Gatot dalam acara yang disiarkan langsung di sebuah stasiun televisi nasional. Pertanyaannya terlihat sederhana “banyak suara jenderal itu cocok jadi presiden?”.

Namun jika kita ingat bahwa pergantian presiden secara konstitusional resmi di negara kita harus menunggu sampai tahun 2019, ketika pemilu berlangsung. Kalimat semacam itu di tengah masa jabatan presiden yang baru berjalan 2 tahun seperti sebuah tawaran dibandingkan pertanyaan. Posisi presiden setelah 4-11 dinilai sedang lemah, di saat yang sama banyak yang mendukung seorang panglima TNI untuk menjadi presiden, itu seperti sebuah tawaran untuk melakukan kudeta.

Tetapi, jawaban Pak Gatot sebagai panglima TNI sangat jelas, tegas dan menggembirakan. Penulis menangkap 3 poin dalam reaksi yang diiringi gesture tidak nyaman Pak Gatot. Pertama, Pak Gatot sebagai Panglima TNI berdiri di atas semua golongan, menjaga ke-bhinekatunggalika-an Indonesia. Kedua, komitmen pak Gatot tetap mendukung presiden yang sah saat ini sebagai atasan dan panglima tertinggi. Ketiga, kesediaan pak Gatot sebagai seorang muslim yang bersumpah di atas kitab suci Qur’an untuk  mematuhi sumpah prajurit, berkorban jiwa dan raga menjaga negara kesatuan Republik Indonesia.

Jika melihat kondisi 2019, ketika pak JK sebagai wakil presiden sudah memasuki usia yang sangat senja. Meski pun dari semangat dan pemikiran, Pak JK seperti masih berusia 30-an, tetapi fisik tentunya tidak bisa  selincah 5-10 tahun lalu, pak JK dipastikan tidak akan mencalonkan diri. Untuk itu di tahun 2019 Pak Jokowi akan membutuhkan seorang pendamping yang tidak hanya memiliki visi cemerlang, tetapi juga sangat ideal jika sudah saling mengenal, saling memahami dan seirama dalam bekerja,  serta memiliki elektabilitas tinggi.

Melihat kondisi saat ini, bukan hanya 4 bintang di pundak sebagai Panglima TNI, tetapi bintang diri Pak Gatot semakin bersinar. 2019 memang masih terbilang lama, tetapi bolehlah kiranya meramalkan sedikit peta politik kepemimpinan nasional di masa depan. Akan sangat tidak mengherankan jika pada pemilu tahun 2019, seusai mengakhiri masa pengabdiannya di TNI, Pak Gatot diproyeksikan menjadi wakil presiden mendampingi Pak Jokowi.

Duet Joko Widodo – Gatot Nurmantyo 2019 akan menempatkan posisi ideal sipil-militer dalam kepemimpinan yang dibutuhkan Indonesia menghadapi masa depan. Ketika Pak Jokowi melanjutkan pekerjaan membenahi birokrasi sipil, infrastruktur, pertumbuhan industri, gerak ekonomi dan terutama mentalitas bangsa. Pak Gatot dengan latar belakang militer dan intelijennya akan fokus pada pembenahan bidang pertahanan dan keamanan, melapisi kekuatan militer Indonesia untuk selalu siaga menghadapi perang asimetris yang dilancarkan pihak asing dari berbagai bidang. Jika tidak ada aral melintang, pemilu berikutnya giliran Pak Gatot mencalonkan diri menjadi presiden,

Itu akan terjadi tentunya jika Pak Gatot tidak terburu-buru mengincar kursi kepresidenan di tahun 2019. Tapi jika melihat karakter, cara kerja secara umum, sejarah, dan latar belakang Pak Gatot, duet Jokowi-Gatot 2019 sepertinya akan terwujud. sumber : Sumber: kompasiana.com,

Berbagi

Posting Komentar