*Manusia itu Emosional*, kadang senang kadang sedih, kadang bangga kadang kecewa, kadang mengalah kadang marah, dan banyak emosi lainnya. Kualitas manusia ditentukan oleh kemampuan pengendalian diri. Manusia yang hebat adalah yang mampu mengelola emosi sehingga segala tindakan dan keputusan selalu benar dan baik. Salah satu ajang latihan pengendalian diri adalah puasa.
ilustrasi, (sumber net) |
Emosi dipengaruhi oleh kondisi badan, pikiran, pengetahuan, harapan, pengalaman, interaksi, adaptasi dan faktor eksternal lainnya. Dari banyak faktor tersebut yang terpenting adalah bagaimana menjaga Keseimbangan yang Optimal sehingga menghasilkan kondisi ideal dalam setiap keadaan. Hidup ini dinamis, berwarna dan berirama.
Semua itu dalam kendali Tuhan Yang Maha Kuasa. Manusia diberi Akal dan Hati (qalbu) yang menemani hawa nafsunya. Akal dan Qalbu ini bertugas untuk menuntun dan mengendalikan Hawa Nafsu agar selalu menjalani kehidupan dalam kebenaran, kebaikan dan kemanfaatan. Ada konsekuensi dari pengendalian Hawa Nafsu, bila aktivitas hidupnya benar dan baik maka akan merasakan keindahan dan kenikmatan. Sebaliknya bila ada yang salah atau buruk dalam aktivitasnya, maka akan merasakan penderitaan dan kekacauan.
Keseimbangan dari kondisi badan, pikiran dan perasaan ditentukan oleh *penerimaan diri* atas segala yang terjadi. Apabila sesuatu kejadian bisa diterima maka perasaan/emosi akan tenang. Sebaliknya bila ada sesuatu yang tidak bisa diterima maka muncullah perasaan /emosi yang tidak nyaman. Penerimaan atas sesuatu inilah yang menentukan keseimbangan hidup. Manusia yang menerima sesuatu berdasarkan kesukaan atau kesenangan, maka dia akan banyak menghadapi masalah. Sedangkan manusia yang menerima sesuatu berdasarkan ilmu pengetahuan yang benar, maka dia akan beruntung. Disinilah yang harus dilatih, yaitu kemampuan menerima segala sesuatu berdasarkan ilmu pengetahuan yang benar.
Melatih pengendalian diri berarti *Melatih Emosi* agar menyenangi segala sesuatu yang benar dan baik, dan menolak segala sesuatu yang salah dan buruk. Emosi membutuhkan bantuan informasi dari Akal tentang benar-salah dan informasi dari Qalbu tentang baik-buruk. Oleh karena itu PUASA, sebagai ajang melatih pengendalian diri ini, diperuntukkan bagi orang beriman dan berilmu. Menjadi suatu kesia-siaan ibadah puasa yang dilakukan oleh orang yang tidak berilmu dan tidak beriman.
Puasa berarti menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu yang memuaskan hawa nafsu seperti makan, bersetubuh, perbuatan buruk, perkataan buruk dan semua perbuatan yang merugikan. Percuma saja berpuasa yang tidak makan dan tidak bersetubuh, akan tetapi masih melakukan perbuatan buruk dan memendam emosi buruk. Jadi berpuasa adalah ajang untuk melakukan perubahan perilaku, dimana semua kebiasaan dan perilaku buruk diganti dengan kebiasaan dan perilaku yang benar dan baik. oleh dr. H. Minannur