Banyak ragam sistim yang dipilih oleh suatu komunitas besar yang kita sebut negara jika ada rakyatnya, ada pemerintahnya dan ada wilayahnya. Mulai dari sistem kerajaan atau monarchy sampai pada demokrasi ala Amerika.
ilustrasi : Beswan Djarum Blog |
Pada akhir-akhir ini kita semua meyakini bahwa demokrasi adalah sistim yang benar-benar terbaik dan pasti akan mendapatkan kebenaran sejati. Jadi ”tidak ada keraguan tentang demokrasi“.
Sebetulnya ruh demokrasi seperti apa sih?? Indonesia ini adalah negara baru yang dulu-dulunya menganut sistim kerajaan atau kasultanan. Dus ada pergeseran nilai-nilai baik budaya, politis maupun sosial. Pada sistim kerajaan maka kebenaran adalah milik raja.
Apapun titah raja itu adalah kebenaran, siapa saja yang menentang titah raja berarti melawan kebenaran. Siapapun yang melawan kebenaran wajib dihukum, diasingkan dari kehidupan sosialnya bahkan dibunuh. Pada era tersebut semua kita mengamini kebenaran pendapat mayoritas masyarakat bahwa kebenaran sejati ada di tangan raja.
Sejak Revolusi sosial, politis dan budaya melanda dunia tak terkecuali Indonesia, maka sejak Proklamasi maka beralihlah secara formal dari sistim kerajaan ke sistim negara baru yang menganut Presidensial sesuai dalam UUD 1945. Waktu berganti waktu mulai dari demokrasi terpimpin gaya ordqe Lama sampai pada demokrasi ala Orde Baru dan berujung saat ini pada Era Reformasi yang menerapkan ”demokrasi yang sesungguhnya“.
Sesungguhnya semua itu masih dalam eksperimen. Apakah betul demokrasi yang sesungguhnya akan membawa kepada kebaikan, kesejahteraan, adil makmur, aman sentausa seperti yang diharapkan dan dicita-citakan dalam UUD 45 dan Pembukaannya. Mana sistim yang sesungguhnya pas dan terbaik untuk diterapkan kedalam negara Indonsia sesuai budaya, sosial, politik masyarakatnya??
Tetapi apapun kita sudah memilih demokrasi. Marilah kita fahami sistim demokrasi yang kita anut dengan kacamata yang sederhana saja. Sebetulnya demokrasi secara hakiki adalah meletakkan 'kebenaran orang banyak adalah kebenaran sejati' (kebenaran berdasarkan keinginan manusia). Sehingga sangat jelas kalau suara minorwitas tidak dianggap sbagai kebenaran meskipun sejatinya benar. Padahal untuk mendapatkan 'suara orang banyak' dapat dilakukan dengan banyak hal, misalnya dalam pembentukan opini lewat media, siapa yang mampu membangun opini sesuai dengan pendapatnya maka dia yang akan didukung oleh suara masyarakat mayoritas. Untuk memenangkan opini tentu diperlukan modal, baik modal SDM berupa Ketokohan yang menyuarakan maupun modal materi secara luas.
Akhir-akhir ini orang meramaikan salah satu taktik menarik suara banyak adalah dengan politik pencitraan. Jadi pada saat ekspos di masyarakat harus betul-beetul Perfect atau sempurna, agar punya kesan yang baik pada masyarakat sehingga akan terus mendukung pendapatnya memilih untuk menjadi wakilnya mengidolakannya dan sebagainya. Dalam sistim demokrasi sah-sah saja itu dilakukan karena memang memenangkan kebenaran menurutnya harus diikuti suara mayoritas masyarakatnya.
Kalau kita kaji kebenaran yang Sejati adalah kebenaran yang benar-benar Hakiki, syukur bisa kebenaran Absolut, maka kalau kita pakai sistim demokrasi maka tidak akan pas. Karena sekali lagi 'Demokrasi tidak meletakkan kebenaran sejati' tetapi meletakkan pada 'kebenaran orang banyak' yang sejatinya belum tentu kebenaran sejati. Bisa jadi kebenaran minoritas adalah kebenaran sejati. Saling klaim kebenaran adalah jamak di akhir-akhir ini tak terkecuali masalah hukum. Ruwetnya lagi mencari kebenaran lewat agenda politik yang tentu suka tidak suka mau tidak mau ditumpangi kepentingan potlitik.
Tulisan ini bukan dimaksudkan untuk anti demokrasi tetapi ingin menggugah pemikiran-pemikiran kritis tentang demokrasi. Karena kita telah terjebak pada alur pikir ”mendewakan demokrasi” bahkan menganggap demokrasi adalah kebenaran sejati.
Jangan sampai terjadi, meskipun salah kalau kalau didukung banyak orang maka akan menjadi benar, atau sebaliknya kalau yang didukung banyak orang pasti salah. Jadi kebenaran sesungguhnya tidak terletak pada banyak atau sedikitnya Vote karena banyak atau sedikit itu bisa direkayasa sedangkan kebenaran sejati tidak bisa direkayasa oleh siapapun. Terus apa sistim yang pass???….terserah pembaca……………
Oleh dr. H Minanurrahman / Joni