*Pengertian Anak CI-BI*
Istilah potensi kecerdasan dan bakat istimewa (CI-BI) berkait erat dengan latar belakang teoritis yang digunakan. ‘Potensi kecerdasan’ berhubungan dengan kemampuan Intelektual, sedangkan bakat tidak hanya terbatas pada kemampuan intelektual, namun juga beberapa jenis kemampuan lainnya seperti yang disebut oleh Gardner dengan teorinya yang dikenal Multiple Intelligences (1983) yaitu, kecerdasan Linguistik, kecerdasan Musikal, kecerdasan Spasial, kecerdasan logika Matematika, kecerdasan Kinestetik, kecerdasan Intrapersonal dan kecerdasan Interpersonal.
ilustrasi Potensi Kecerdasan, Sumber gambar : Pendidikan 60 Detik |
Pengertian potensi kecerdasan dan bakat istimewa dalam *program percepatan belajar* ini dibatasi hanya pada ‘kemampuan intelektual umum saja’. Ada dua acuan yang bisa digunakan untuk mengukur kemampuan intelektual umum yaitu acuan Uni Dimensional dan acuan Multi Dimensional.
Untuk pendekatan Unidimensional, kriteria yang digunakan hanya semata-mata *skor IQ* saja. Secara operasional batasan kemampuan intelektual umum yang digunakan adalah “mereka yang mempunyai skor IQ 140 skala Wechsler. Sedangkan untuk pendekatan multidimensional, kriteria yang digunakan lebih dari satu. Dalam hal ini, batasan yang digunakan adalah “mereka yang memiliki dimensi kemampuan umum pada taraf cerdas ditetapkan skor IQ 125 ke atas skala Wechsler, dimensi kreativitas cukup (ditetapkan skor creativity quotient/CQ dalam nilai baku cukup) dan pengikatan diri terhadap tugas baik (ditetapkan skor task commitment/TC dalam kategori nilai baku baik).
Definisi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa dalam Program Percepatan Belajar adalah: “Mereka yang oleh Psikolog dan/atau guru diidentifikasi sebagai siswa yang telah mencapai prestasi memuaskan, dan memiliki kemampuan intelektual umum yang berfungsi pada taraf cerdas, kreativitas yang memadai, dan keterikatan terhadap tugas yang tergolong baik”.
Untuk mendapatkan siswa yang tergolong berbakat seperti yang disebutkan dalam definisi di atas, berikut disampaikan 14 ciri-ciri keberbakatan yang telah memiliki korelasi yang signifikan dengan tiga aspek tersebut (Balitbang Depdikbud, 1986):
1. Lancar berbahasa (mampu mengutarakan pemikirannya);
2. Memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap ilmu pengetahuan;
3. Memiliki kemampuan yang tinggi dalam berfikir logis dan kritis;
4. Mampu belajar/bekerja secara mandiri;
5. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa);
6. Mempunyai tujuan yang jelas dalam tiap kegiatan atau perbuatannya;
7. Cermat atau teliti dalam mengamati;
8. Memiliki kemampuan memikirkan beberapa macam pamecahan masalah;
9. Mempunyai minat luas;
10. Mempunyai daya imajinasi yang tinggi;
11. Belajar dengan mudah dan cepat;
12. Mampu mengemukakan dan mempertahankan pendapat;
13. Mampu berkonsentrasi; dan
14. Tidak memerlukan dorongan (motivasi) dari luar.
2. Memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap ilmu pengetahuan;
3. Memiliki kemampuan yang tinggi dalam berfikir logis dan kritis;
4. Mampu belajar/bekerja secara mandiri;
5. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa);
6. Mempunyai tujuan yang jelas dalam tiap kegiatan atau perbuatannya;
7. Cermat atau teliti dalam mengamati;
8. Memiliki kemampuan memikirkan beberapa macam pamecahan masalah;
9. Mempunyai minat luas;
10. Mempunyai daya imajinasi yang tinggi;
11. Belajar dengan mudah dan cepat;
12. Mampu mengemukakan dan mempertahankan pendapat;
13. Mampu berkonsentrasi; dan
14. Tidak memerlukan dorongan (motivasi) dari luar.
Melihat ciri-ciri di atas, terkesan seakan-akan siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa hanya memiliki sifat-sifat yang positif. Sebetulnya tidak demikian. Sebagaimana anak pada umumnya, anak yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa mempunyai kebutuhan pokok akan pengertian, penghargaan, dan perwujudan diri.
Apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, mereka akan menderita Kecemasan dan keragu-raguan. Jika minat, tujuan, dan cara laku mereka yang berbeda dengan siswa pada umumnya, *tidak memperoleh pengakuan*, maka mereka walaupun memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa akan mengalami kesulitan.
Apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, mereka akan menderita Kecemasan dan keragu-raguan. Jika minat, tujuan, dan cara laku mereka yang berbeda dengan siswa pada umumnya, *tidak memperoleh pengakuan*, maka mereka walaupun memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa akan mengalami kesulitan.
Masalah-masalah dihadapi anak CI-BI, misalnya:
Kemampuan berpikir kritis dapat mengarah ke arah sikap meragukan (SKEPTIS), baik terhadap diri sendiri maupun terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain;
Kemampuan kreatif dan minat untuk melakukan hal-hal yang baru, bisa menyebabkan mereka tidak menyukai atau LEKAS BOSAN terhadap tugas-tugas rutin;
Perilaku yang ulet dan terarah pada tujuan, dapat menjurus ke keinginan untuk MEMAKSAKAN atau mempertahankan pendapatnya;
Kepekaan yang tinggi, dapat membuat mereka menjadi MUDAH TERSINGGUNG atau peka terhadap kritik;
Semangat, kesiagaan mental, dan inisiatifnya yang tinggi, dapat membuat KURANG SABAR dan kurang tenggang rasa jika tidak ada kegiatan atau jika kurang tampak kemajuan dalam kegiatan yang sedang berlangsung;
Dengan kemampuan dan minatnya yang beraneka ragam, mereka MEMBUTUHKAN keluwesan serta DUKUNGAN untuk dapat menjajaki dan mengembangkan minatnya;
Keinginan mereka untuk mandiri dalam belajar dan bekerja, serta kebutuhannya akan kebebasan, dapat menimbulkan KONFLIK karena tidak mudah menyesuaikan diri atau tunduk terhadap tekanan dari orang tua, sekolah, atau teman-temannya. Ia juga bisa merasa ditolak atau kurang dimengerti oleh lingkungannya;
Sikap acuh tak ACUH dan MALAS, dapat timbul karena pengajaran yang diberikan di sekolah kurang mengundang tantangan baginya.
Mereka juga suka MENGGANGGU TEMAN sekitarnya. Hal ini disebabkan karena mereka lebih cepat memahami materi pelajaran yang diterangkan guru di depan kelas dibandingkan teman-temannya. Dengan diterangkan sekali saja, mereka telah dapat menangkap maksudnya, sedangkan siswa yang lain masih perlu dijelaskan lagi;
Mereka banyak waktu terluang, yang kemudian apabila kurang diantisipasi oleh gurunya, akan digunakan untuk mengadakan aktivitas sekehendaknya (USIL), misalnya mencubit atau melemparkan benda-benda kecil/kapur keteman-teman sekitarnya.
Akibat lebih lanjut, mereka dapat menjadi anak yang berprestasi rendah dibawah potensinya (underachiever) atau bahkan malah mungkin menjadi anak yang bermasalah (mengalami kesulitan belajar).
Masalah di atas dapat terjadi karena mereka belum mendapat pelayanan pendidikan yang memadai secara tidak disadari. Apabila teman-teman sekelas mereka memiliki tingkat kemampuan dan kecerdasan yang relatif sama (homogen), hal di atas tidak akan terjadi.
Oleh karena itu untuk menumbuhkan Potensi Luar Biasa anak anak CI-BI maka sudah selayaknya diadakan KELAS CI-BI berkolaborasi dengan Fakultas Psikologi.
Oleh dr. H Minanurrahman / joni