Banyak orang yang *putus asa* karena harapannya tidak tercapai, padahal mereka merasa sudah berusaha. Mereka *sedih* seakan akan Tuhan tidak mengabulkan doanya. Mereka tidak menyadari bahwa usahanya belum sungguh sungguh, sehingga harapan tidak tercapai. Bahkan ada yang berkata bahwa kegagalan yang dia alami adalah takdir Tuhan. Inilah salah pemahaman yang sering terjadi.
sumber gambar : HelloMotion.com |
Sebagian orang memiliki anggapan yang salah dalam memahami takdir. Mereka hanya *pasrah terhadap takdir tanpa melakukan usaha* sama sekali. Sungguh, ini adalah kesalahan yang nyata. Bukankah Allah juga memerintahkan kita untuk mengambil sebab dan melarang kita bersikap malas? Apabila kita sudah mengambil sebab dan mendapatkan hasil yang tidak kita inginkan, maka kita tidak boleh sedih dan berputus asa karena semuanya sudah merupakan ketetapan Allah.
Mari kita renungkan sejenak makna takdir Tuhan dan bagaimana cara mengikuti takdir.
Al-Qur'an (Al-Baqarah):255 - _Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar._
Ketahuilah bahwa *Allah menciptakan seluruh semesta alam*, menetapkan seluruh aturan, menjalankan semua makhluk dalam ketetapan yang sempurna, menghidupkan dan mematikan dalam masa dan waktu yang pasti dan mengatur seluruh kejadian secara dinamis, terus menerus, seimbang dan saling terhubung. Itulah *Kodrat* Allah swt yang menjadi landasan iman pada takdir.
Manusia adalah makhluk Bumi yang jiwanya punya akal dan hati nurani (qalbu). Maka manusia dituntut untuk menggunakan akal dan qalbu dalam menjalani kehidupan. Dengan akal dan qalbu manusia harus mengikuti kehendak Allah yaitu *menjadi hamba* yang mengabdi kepada Allah swt.
Allah menghendaki agar manusia hidup di Bumi sebagai *Khalifah (penjaga)* agar Bumi menjadi lebih layak untuk dijadikan tempat tinggal yang nyaman bagi manusia dan bagi makhluk Bumi lainnya untuk selamanya.
Manusia adalah puncak dari *'Animal Kingdom'* yang paling berkuasa di Bumi, semua penghuni Bumi tunduk pada manusia. Seluruh manusia yang ada du Bumi ini berasal dari 'satu jiwa' atau spesies yaitu keturunan Nabi Adam A.S. Ini berarti *seluruh manusia itu bersaudara* dan sederajat serta mempunyai hak dan kewajiban yang sama.
Manusia diberi *kebebasan berkehendak* dan tanggung jawab terhadap konsekuensi (akibat perbuatan). Kehendak manusia sangat terbatas, meskipun manusia mempunyai akal yang cerdas. Manusia butuh pertolongan manusia lain dan makhluk lainnya. Dan yang terpenting apapun kehendak manusia tidak akan keluar dari *kehendak Yang Maha Kuasa Allah subhanahuwataala*.
*Kehendak Allah semuanya mutlak baik dan sempurna*. Tidak ada yang salah atau buruk dalam segala hal yang terjadi di alam semesta. Suatu peristiwa atau kejadian yang buruk dalam penilaian manusia, pasti ada kebaikan di sisi lain yang belum dipahami. Kejadian atau peristiwa buruk kebanyakan bermula dari tindakan manusia yang mungkin; tidak tahu, tidak sengaja, lupa, lalai, kecelakaan, atau kesengajaan, berniat baik maupun niat buruk.
Tidak mungkin Tuhan berkehendak buruk pada hambanya, melainkan manusia itu sendiri yang mendatangkan keburukan musibah yang menimpa dirinya. Hamba yang beriman menerima musibah dengan sabar dan berkata 'innalillahi wainna ilaihiraji'un'. Kemudian berdoa memohon ampunan dan tuntunan agar menjalani hidup sejalan dengan kehendak Allah.
Orang beriman selalu menegakkan sholat setiap waktu yang telah ditentukan dan selalu berdoa memohon ampunan dan tuntunan. Maka beruntunglah orang yang sholatnya khusyuk, hidupnya akan selalu tertuntun ke jalan yang benar dan tercegah dari perbuatan keji dan sia sia.
Maka janganlah mudah berputus asa dan jangan bersedih. Setiap kesulitan, halang rintang, kegagalan dan musibah, semua itu disebabkan kesalahan manusia. Segera bangkit dan mohon ampunan atas semua kelalaian dan kelengahan. Lakukan perbaikan dan lebih bersemangat dalam menjalani tugas hidup ini. Siapa yang bersungguh sungguh, pasti terwujud. Man jadda wajada...
Oleh dr. H Minanurrahman