Dwi Prastyo
Dwi Prastyo
Online
Halo 👋
Ada yang bisa dibantu?

TIMWAS HAJI : PEMONDOKAN DAN CATERING MASIH JADI MASALAH

Tim Pengawas (Timwas) Persiapan Ibadah Haji DPR RI yang dipimpin Fadli Zon, Wakil Ketua DPR, masih menemukan sejumlah masalah dalam pelaksanaan ibadah haji tahun ini. Pemondokan dan catering jadi catatan penting bagi Timwas.


Fadli yang baru saja tiba dari Arab Saudi menegaskan, pemondokan di Madinah masih terlalu jauh lokasinya, sekitar 1,2 km. Pemondokan yang jauh itu menyulitkan akses bagi jemaah bila ingin bepergian atau beribadah ke pusat Kota Madinah. Ketika Timwas meninjau pemondokan tersebut ternyata masih kurang layak bagi jemaah haji Indonesia.

Tidak hanya pemondokan, catatan penting lainnya adalah catering. Timwas menemukan makanan basi dari perusahaan catering yang ditunjuk di Arab Saudi. Akhirnya, makanan basi tersebut ditarik dan diganti dengan yang baru. Akibatnya, calon jemaah haji Indonesia telat makan malam. Timwas pun, kata Fadli, sempat meninjau perusahaan catering penyuplai makanan itu.

“Kami meninjau perusahaan catering yang membuat makanan basi. Kondisi perusahaannya kurang layak. Seharusnya perusahaan ini tidak diberikan deal yang besar, karena perusahaan catering ini ternyata masih baru, tidak besar, dan kurang profesional. Kalau terjadi lagi menyuplai makanan basi, sebaiknya perusahaan ini di-black list saja,? ujar  Fadli dalam jumpa pers di Media Center DPR, Kamis (24/8/2017).

Tetapi, bila melihat secara umum, menurut Fadli, pelayanan haji tahun ini sudah meningkat. Tinggal memperbaiki sisi kekurangan yang masih menjadi sorotan. Catatan lainnya adalah tenaga medis dirasa masih kurang.

Lalu, di Mekkah ternyata ada praktik rentenir. Ada living cost yang diberikan ke jemaah sebesar 1500 Riyal dengan pecahan 500 Riyal. Bila jemaah ingin memecah uang 500 Riyal maka dipotong 80 Riyal. “Ini praktik rentenir dalam pelaksanaan ibadah haji,” kata Fadli.

Fadli juga menyampaikan bahwa tahun ini adalah tahun transisi dalam penyelenggaraan haji. Tahun depan, penyelenggaraan haji sepenuhnya dikelola oleh Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH).

Bicara kuota haji, Fadli mendesak pemerintah melakukan lobi intensif agar kuota haji Indonesia terus bertambah. Tahun ini, kuotanya tetap 211 ribu plus 10 ribu orang calon haji.
Tambahan 10 ribu diberikan pemerintah Arab Saudi kepada semua negara, bukan hanya Indonesia. Tahun lalu sempat dikurangi, karena ada proyek perluasan Masjidil Haram.
“Pemerintah harus melakukan lobi yang intensif di OKI, karena di situ kuota ditentukan. Antrian calon haji Indonesia juga semakin panjang,” kata dia.

Dua Pimpinan Komisi VIII juga hadir mendampingi Fadli. Mereka masing-masing Sodik Mujahid dan Iskan Qolba Lubis. Menurut Sodik, masih ada catatan-catatan kecil dalam penyelenggaraan haji kali ini. Misalnya, petugas haji Inonesia lemah berkoordinasi, rumah makan masih jauh dari jangkauan jamaah, dan mutu catering kurang baik.

“Masih ada kelemahan perencanaan. Misalnya, maktab yang jauh. Dan yang paling jauh adalah pada hari jelang haji atau muthawaf ifadhoh dimana jemputan sudah dihentikan,” ujar Sodik.

Sementara itu, Iskan menilai kalau daya tawar penyelenggara haji Indonesia sangat lemah. Kalah dalam bernegosiasi dengan negara lain.

“Jamaah haji kita paling besar, tapi ternyata daya tawar kita paling lemah. Ini perlu kita analisa,” kata Iskan.

Politisi PKS ini mengatakan, berdasarkan kesepakatan Kemenag dan Komisi VIII, jamaah Indonesia 100 persen harus berada di markaziyah atau ring 1.

Tiba-tiba digeser begitu saja oleh jamaah Iran. Akhirnya, ada 18 persen tidak masuk ring satu. Akibatnya, jamaah Indonesia mendapat fasilitas yang tidak memadai. Selain jauh juga sarana gedung banyak yang rusak. Padahal, bayar biayanya sama. Ia mengusulkan, agar ke depan nomenklaturnya ada yang diubah. Di Indonesia mesti ada kementerian haji yang lepas dari Kemenag. Di negara lain ada kementerian haji. Inilah yang membuat daya tawarnya kuat.(bas) 

sumber : berdemokrasi.com August 25, 2017 

Berbagi

Posting Komentar