Dwi Prastyo
Dwi Prastyo
Online
Halo 👋
Ada yang bisa dibantu?

*Alhamdulillah, Hujan Sudah Turun. Hati-hati Banjir*

Mengapa semua berita seolah 'Hujan memberikan rasa takut dan menyalahkan Alam' serta menyalahkan Allah Subhanahu Wata’ala?

Hujan adalah Berkah, bukan Musibah.

Hujan merupakan salah satu perkara terpenting bagi kehidupan makhluk hidup di muka bumi. Ia merupakan sebuah prasyarat bagi kelanjutan aktivitas di suatu tempat, tidak hanya manusia, tapi hampir semua makhluk.

ilustrasi hujan turun
Hujan juga memiliki peranan penting bagi semua makhluk hidup, termasuk manusia. Telah disebutkan pada beberapa ayat dalam al-Qur’an mengenai informasi penting tentang hujan, kadar dan pengaruh-pengaruhnya.

Dalam al-Quran Surat Az-Zukhruf, Allah memberikan informasi bahwa hujan dinyatakan sebagai air yang diturunkan dalam 'ukuran tertentu'.

_“Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).”_ (QS: Az-Zukhruf : 11)

Allah telah menurunkan hujan sebagai rahmat di saat diperlukan oleh seluruh makhluk. Allah pula menurunkan hujan agar banyak orang mendapat kegembiraan setelah bertahun-tahun hampir putus asa menunggu. Karena itu, al-Quran menyebut hujan sebagai rahmat dan berkah, bukan musibah.

_“Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji.”_ (QS: Asy-Syuura [41] : 28).
Dengan mengirim hujan-lah, Allah menyuburkan tanaman-tanaman yang dibutuhkan manusia dan semua mahkluk yang hidup di bumi, menumbukan pepohonan dan buah-buahan dan biji tanaman yang dibutuhkan manusia. Yang dimaksud keberkahan di sini adalah turunnya hujan, lebih banyak melahirkan kebaikan (manfaat), daripada mudharatnya (keburukan).

Di antara keberkahan dan manfaat hujan adalah manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan sangat memerlukannya untuk keberlangsungan hidup, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:
_“Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?.”_ (QS. Al Anbiya’ (21) : 30).

*Air Hujan menjadi Musibah karena Kejahilan Manusia*

Jika hujan akhir-akhir ini selalu melahirkan musibah dan bencana, itu bukan salah Allah, tetapi al-Quran banyak menyitir, *datangnya musibah lebih banyak karena kesalahan manusia itu sendiri.*

Hadirnya musibah dan banjir, seharusnya membuat kita berintropeksi diri karena banyaknya tangan-tangan jahil manusialah telah memporak porandakan alam dan ekosistem menjadi tidak serasi.

Hutan-hutan yang seharusnya menjadi penahan air, tiba-tiba sudah ditumbuhi beton-beton. Gunung, bukit sudah berubah menjadi perumahan mewah, villa (yang sesungguhnya juga jarang dihuni), karena pemiliknya hanya menempati setahun sekali untuk bersenang-senang.

Perliaku buruk manusia dalam pembangunan yang lebih mementingkan dirinya sendiri tidak melihat dampak-dampak lain menyebakan datangnya hujan seharusnya jadi berkah justru menjadi musibah.

Datangnya hujan ibarat datangnya harta pada kita. Bila sebelumnya kita tak memiliki uang tiba-tiba dalam sekejab diberi kekayaan berlimpah-ruah, maka harta yang kita miliki bisa jadi musibah jika tidak kita kontrol dan kita kelola dengan baik. Memiliki harta dan kekayaan belum tentu berkah, bahkan bisa jadi musibah bagi anak, istri atau kita sendiri. Sama seperti hujan yang tidak kita kelola.

Larangan mencela Hujan.

Sebahagian orang sering keluar dari mulutnya celaan, “Aduh! Hujan lagi, hujan lagi.” Ketahuilah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menasihatkan kita agar jangan selalu menjadikan makhluk yang tidak dapat berbuat apa-apa sebagai kambing hitam jika kita mendapatkan sesuatu yang tidak kita sukai. Seperti beliau melarang kita mencela waktu dan angin karena kedua makhluk tersebut tidak dapat berbuat apa-apa.

Yang perlu dilakukan ketika hujan. 

Pertama, do’a kesyukuran pada Allah,

”Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika melihat turunnya hujan, beliau mengucapkan; ”Allahumma shoyyiban nafi’an” [Ya Allah turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat]”.

Kedua,  turunnya hujan, justru kesempatan terbaik untuk memanjatkan do’a dan di mana doa mudah dikabulkan. 

Ketiga: do’a ketika terjadi hujan lebat.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam suatu saat pernah meminta diturunkan hujan. Kemudian ketika hujan turun begitu lebatnya, beliau memohon pada Allah agar cuaca kembali menjadi cerah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a, “Allahumma haawalaina wa laa ’alaina. Allahumma ’alal aakami wal jibaali, wazh zhiroobi, wa buthunil awdiyati, wa manaabitisy syajari [Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami. Ya Allah, turunkanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan].”

Keempat, mengambil berkah dari air hujan.

Ketika hujan, Rasulullah juga pernah membiarkan darinya kehujanan dan bersyukur atas datangnya hujan. Maka janganlah kita takut kehujanan.

Demikianlah akidah seorang Muslim dalam melihat persoalan hujan. Semoga berkah yang datang pada kita menyebabkan iman kita bertambah bukan sebaliknya menjadi berkurang dan mengakibatkan kita inkar pada Allah Subhanahu Wata’ala, layaknya orang-orang yang tidak memiliki keimanan.

Oleh dr. H Minanurrahman / joni

Berbagi

Posting Komentar