Dwi Prastyo
Dwi Prastyo
Online
Halo 👋
Ada yang bisa dibantu?

Jangan katakan, "ANAKKU NAKAL!" (Artikel)

Masih sering kita jumpai keluhan ibu-ibu tentang anaknya yang bikin kesel. _"Anakku nakal! Susah diatur! Tidak mau makan, suka pilih-pilih! Senang makan permen, suka minum es! Tidak bisa diam!_ dan lainnya. Pokoknya bikin emosi aja. Kalau sudah begini keadaannya si ibu tidak merasa bersalah untuk marah.

ilustrasi
Ketika ibu mulai marah, bukannya anak diam, mendengar dan menuruti kata ibunya. Malahan kebanyakan anak lari menjauh dan melawan atau membantah. Nah bila demikian keadaannya, apa yang salah?

Pada dasarnya perilaku semua anak hampir sama, yaitu suka bermain dan belajar dengan meniru orang di sekitarnya. Anak dari keluarga yang harmonis, penuh kasih sayang, dan mengajarkan sopan santun, pasti berperilaku seperti orangtuanya yang berbudaya. Sebaliknya anak dari keluarga berantakan, suka bertengkar, dan kurang mengajarkan etika, maka anak tersebut menjadi stres dan menjadi pemberontak. Inilah yang harus disadari orangtua bahwa *perilaku anak tergantung pada perilaku dan pengasuhan orangtua terutama para ibu*.

Bisa saja kedua orangtuanya berpendidikan tinggi tetapi cara pengasuhannya masih bergaya lama. Ada pula yang menyerahkan pengasuhan anak ke kakek nenek atau pembantu. Ayah dan ibunya lebih sibuk bekerja dan hampir tidak punya waktu untuk bertemu anak. Beruntung bila yang mengasuh anak tersebut mengerti cara mengasuh yang baik. Kebanyakan orangtua tidak menyadari bahwa cara pengasuhan yang dilakukan itu kurang baik.

Beberapa cara pengasuhan yang dianggap normal padahal itu kurang baik. Antara lain;
1. Sering berkata buruk atau negatif.
Contoh; Jangan nakal! Awas nanti jatuh! Diam kamu! Dasar anak bandel! Jangan rewel ya! Coba perhatikan KATA INTI dari kalimat kalimat diatas yaitu; Nakal, Diam, Jatuh, Bandel dan Rewel. Kata kata inilah yang terekam dalam otak anak anak. Akibatnya alam bawah sadar anak memerintahkan dirinya untuk menjadi Nakal, mudah jatuh, pendiam, pembantah dan penentang. Akibatnya orangtua menjadi kecewa dan emosional.

2. Marah secara emosional dan melakukan kekerasan.
Alih alih mengajarkan disiplin, "penegakan disiplin itu harus tegas dan bila melanggar harus dihukum!". Sesungguhnya sekarang bukan lagi zaman perang yang mendidik disiplin gaya militer. Anak anak secara alamiah adalah penurut dan mudah diatur. Hanya dengan senyuman dan kata kata yang jelas anak pasti mengikuti perintah. Anak akan menuruti orang dewasa yang ramah dan penuh kasih sayang, sebaliknya anak akan mengabaikan orang yang kasar, emosional dan tidak ramah. Akibat dari kebiasaan orangtua pemarah/emosional maka anak menjadi penentang, pemalas dan stres yang berakibat mudah sakit.

3. Membandingkan dengan saudaranya.
"Tuh lihat adikmu pinter, kenapa kamu kok malas!" Mungkin kita merasa ingin memotivasi agar kakak lebih rajin belajar. Padahal tanpa disadari kata-kata seperti ini sangat menyakitkan bagi anak. Membanding-bandingkan anak akan berakibat buruk. Anak merasa dinilai buruk, merasa tidak disukai dan menimbulkan rasa iri.

Perlu kita sadari bahwa setiap anak itu unik dan tidak boleh dibanding bandingkan. Hargailah keunikannya. Bila ingin memotivasi cukup katakan "kamu sesungguhnya hebat kalau kamu lebih giat belajar dan berusaha! Kamu pasti bisa menjadi lebih baik!

4. Memanjakan berlebihan.
Kehidupan sekarang ini memang lebih sejahtera. Hampir semua kebutuhan dasar mudah terpenuhi. Hampir semua keluarga mempunyai motor dan HP, bahkan banyak anak SD membawa HP ke sekolah. Juga tidak jarang anak SD membawa uang saku puluhan ribu. Akibatnya anak enggan berjalan kaki, sudah keranjingan game internet, dan jajan sembarangan yang berisiko keracunan. Mendidik anak untuk sederhana, hemat, suka menabung dan berjalan kaki ke sekolah, adalah hal sederhana yang membuat anak lebih tangguh. Coba perhatikan, anak yang membawa bekal minum dan makanan dari rumah, cenderung lebih percaya diri dan peduli sesama.

Tentu masih hal hal yang lain untuk menjadi orangtua yang baik. Paling tidak tulisan yang singkat ini bisa mengubah cara kita mengasuh anak.

Oleh dr. H Minanurrahman

Berbagi

Posting Komentar