*Kepekaan perasaan untuk menyadari adanya suatu masalah* menentukan keberhasilan atau kegagalan di masa depan. Hidup ini penuh dengan pelajaran kehidupan, ada yang mengharukan, menyenangkan dan ada pula yang menyedihkan. Perasaan yang menyertai suatu peristiwa ditentukan oleh kemampuan mengambil pelajaran. Ada pelajaran penting dari peristiwa G30S-PKI yang harus dipahami oleh Generasi Sekarang. Tentunya ada *Trauma bagi orang-orang dewasa* yang mengalami atau terkait dengan peristiwa tersebut, itu tergantung pada bagaimana cara mengelolanya. Mari telaah kembali dengan Nonton Bareng film Pemberontakan G30S-PKI agar paham *nuansa kebatinan* saat itu dan gunakan *nalar Jernih* untuk mencerna.
Tatkala masing masing elemen bangsa bersikukuh dengan posisinya sehingga ruang perjumpaan dan dialog yang kritis dan jujur tidak berkembang maka keberadaan kita sebagai sesama elemen bangsa sulit menyatu. Konsekuensinya kita sulit menatap masa depan yang lebih baik akibat masing masing pihak terbelenggu dalam *persepsi individual* yang penuh dendam. Kisah masa lalu walaupun pedih diungkapkan secara jujur itu baik. Tetapi tatkala kita sendiri tidak bisa melampaui masa lalu berarti kita memang masih *kekanak-kanakan* alias belum dewasa.
Energi untuk bersaing dengan bangsa lain tersedot untuk *berseteru sesama elemen bangsa*. Bangsa lain sudah bicara dan meneliti kehidupan ruang angkasa. Mereka sadar hightech memerlukan hightouch. Kemajuan iptek diimbangi dengan kedewasan dan jiwa besar. Sementara itu sebagian bangsa Indonesia masih *sibuk mengungkap luka dan dendam* sesama anak bangsa.
Tetapi saya yakin kita bangsa Indonesia bisa dewasa dan menjadi bangsa besar. Bukankah *Sejarah dapat membuat orang bijak*. Untuk itu kita semua membutuhkan sejarawan bijak dan visioner. Kisah kisah heroik yang inspiratif dengan Visi Kebangsaan dapat memperkokoh tali persatuan dalam kehidupan masyarakat yang Bhineka Tunggal Ika.
Kita bisa belajar dari sejarah, melakukan refleksi untuk menggali kebenaran dan membangun peradaban yang berbasis pada logika, etika dan estetika yang dinamis, membebaskan dan mencerahkan.
Dan kita memiliki tanggung jawab moral dengan membawa obor pencerahan dan pendewasaan bangsa Indonesia menuju masa depan yang lebih baik. *Menjadi bangsa besar membutuhkan pikiran dan jiwa besar* sebagaimana telah dicontohkan para pendiri bangsa.
*Sekelumit tentang PKI*
PKI menjadi duri dalam daging Indonesia. Pada 30 September 1965, PKI mengumumkan telah ‘mengamankan’ Indonesia dari kudeta yang dilakukan Dewan Jenderal. Pengumuman yang disampaikan lewat radio ini juga kemudian diketahui sebagai fitnah dan diketahui bahwa yang sedang melakukan kudeta justru pihak dari PKI sendiri. Dalam waktu kurang dari 24 Jam, pemberontakan berhasil diredam dan beberapa fasilitas Negara yang direbut berhasil diamankan. Pancasila berhasil melewati ujian dengan baik. Tidak heran memang jika *1 Oktober dipilih sebagai hari kesaktian Pancasila.* Kesaktian ideologi ini memang bukan main-main.
*Pancasila; Ideologi Tengah*
Sebagai salah satu ideologi, Pancasila di mata dunia memang ideologi yang dianggap bisa sebagai ‘penengah’ antara Komunisme -Sosialisme dan Kapitalisme - Liberalisme. Bahkan cenderung bakal menjadi Ideologi ketiga yang bisa diterapkan di negara lain.
Bila dipikirkan kembali, bisa saja pancasila diterapkan di Negara lain bukan hanya Indonesia. Semua sila bahkan butir-butirnya bisa diterapkan di beberapa Negara. Butir pancasila tentang persatuan dan keberagaman menjadi point dari nilai-nilai yang dipuji. Salah satunya adalah presiden Afganishtan, Mohammad Ashraf Ghani. Melalui Presiden Indonesia, Joko Widodo ia merasa kagum akan persatuan dan keberagaman yang ada Indonesia. Joko Widodo juga menjelaskan bahwa tidak hanya presiden Afghanistan yang memuji keberagaman Indonesia, masih banyak Negara lain yang memuji Pancasila.
Sekarang kita, sudah tahu bagaimana saktinya pancasila. Walaupun saat ini kita tahu, nilai-nilai budaya kita sedang tereduksi oleh budaya luar. Termasuk oleh budaya yang mengizinkan kekerasan sebagai solusi instan. Itulah salah satu tantangan sebenarnya bagi kita rakyat Indonesia untuk mempertahankan Kesaktian Pancasila.
*Kesaktian Pancasila* tercermin dalam setiap sila secara berurutan yang saling melengkapi dalam satu kesatuan.
Sila KETUHANAN YANG MAHA ESA menegaskan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang beriman pada Tuhan yang Tunggal dan mengabdi kepada Tuhan dengan menjalankan ajaran agama dalam seluruh aspek kehidupan. Bangsa Indonesia menolak ATHEIS (tidak memgakui adanya Tuhan) maupun SEKULER (tidak menjalankan ajaran agama). Maka jelaslah Indonesia menolak Sosialisme - Komunisme dan juga menolak Kapitalisme -Liberalisme.
Sila KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB menegaskan komitmen bangsa Indonesia pada Kesetaraan Hak dan Kewajiban bagi seluruh manusia. Berlaku adil berdasarkan Kemanusiaan tanpa membedakan Suku, Adat, Ras maupun Agama. Jelaslah Indonesia itu sangat toleran, peduli dan anti diskriminasi selama keadilan ditegakkan. Bangsa Indonesia menjunjung tinggi kemanusiaan yang beradab. Jika ada tindakan biadab terhadap kemanusiaan maka bangsa Indonesia akan menghentikan atau bila menumpasnya.
Sila PERSATUAN INDONESIA mencerminkan bahwa keberagaman suku, adat, ras dan agama disatukan oleh KESATUAN KEBANGSAAN. Seluruh komponen bangsa adalah bersaudara, apabila ada rakyat yang 'tersakiti' maka seluruh rakyat merasakan sakit. Persatuan Indonesia menjadikan kebanggaan pada Kebangsaan Indonesia diatas kebanggaan individu atau kelompok.
Sila KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARAHAN PERWAKILAN adalah tuntutan dalam bernegara. Indonesia adalah negara demokrasi yang menempatkan rakyat sebagai penentu kedaulatan. Kepemimpinan yang mengutamakan permusyawarahan untuk mencapai mufakat sehingga tidak ada yang merasa kalah. Semua komponen bangsa (sekecil apapun) harus terwakili. Kita hampir tersesat dalam demokrasi liberal yang penuh tipu muslihat.
Sila KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA adalah tugas untuk mencapai tujuan bangsa Indonesia yang Adil, Makmur, Damai dan Sejahtera. Pemerintah wajib menjamin kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia dengan partisipasi seluruh rakyat Indonesia.
Demikian sekelumit nilai luhur Pancasila yang sakti.
Oleh dr. H Minanurrahman / Joni