Setiap kali musim hujan dimana mana terjadi banjir. Sebaliknya di akhir musim kemarau banyak daerah yang kekeringan. Mengapa masalah yang sama harus berulang setiap tahun? Apakah pemerintah tidak mampu mengatasi? Haruskah terus menyalahkan hujan dan alam?
sumber gambar ; Flores Editorial |
Sesungguhnya pokok persoalannya adalah 'PERSEPSI terhadap hujan'. Apabila masyarakat memandang *Hujan sebagai Sumber Bencana*, maka yang dilakukan adalah *Membuang air hujan* secepatnya ke laut. Padahal AIR HUJAN adalah air baku yang BERKUALITAS PRIMA dan penuh berkah. Inilah cara pandang yang harus dijadikan dasar berpikir menghadapi hujan. Bila demikian maka sikap utama terhadap hujan adalah mensyukuri dengan upaya MENAMPUNG AIR HUJAN.
Air hujan adalah air paling bersih dengan kandungan oksigen tertinggi yang menyehatkan dan menyuburkan. Oleh karena itu Air hujan bisa langsung diminum. Banyak budaya masyarakat yang menampung air hujan dalam gentong, drum, tangki, atau bak air. Sayangnya budaya ini mulai ditinggalkan karena masyarakat merasa sudah punya sumber air pam atau sumur. Bahkan masyarakat kota sudah terbiasa minum air mineral kemasan. Padahal bila budaya Menampung Air Hujan ini dikembangkan maka akan terjadi banyak penghematan air bersih.
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menampung air hujan. Prinsipnya adalah *Jangan mengalirkan air hujan ke sungai*. Karena air hujan sesungguhnya diturunkan untuk kebutuhan kehidupan makhluk darat. Maka *air hujan harus ditampung atau diserap dalam tanah*. Secara alamiah air hujan terserap ke dalam tanah atau menggenang menjadi telaga atau danau. Air hujan ini menjadi cadangan kebutuhan air sepanjang tahun.
Sayangnya keserakahan manusia melakukan perusakan hutan menjadi kebun, ladang atau sawah. Hutan sangatlah penting sebagai penyimpan air hujan. Air hujan yang jatuh di hutan mengenai daun daun akan terpecah menjadi butiran lembut yang mudah terserap tanah. Apabila air hujan jatuh langsung mengenai tanah akan membuat tanah menjadi terkikis dan longsor. Selanjutnya air menggenang dan mengalir ke tempat yang lebih rendah menuju sungai. Aliran sungai yang deras di waktu hujan mengikis lapisan humus terbawa ke hilir akhirnya ke laut. Apabila kondisi sungai diperparah dengan sampah maka air sungai menjadi tercemar sehingga kehidupan dalam sungai terganggu. Hal ini mempercepat terjadinya erosi sungai.
Sudah saatnya sekarang kita *membangun Kesadaran atas Keselamatan Lingkungan* dengan mencegah perusakan hutan, menjaga kebersihan lingkungan, gerakan menanam pohon dan menampung air hujan. Adapun cara menampung air hujan adalah sebagai berikut;
1. Menampung air hujan langsung ke dalam wadah seperti gentong, drum, tangki, tandon, dll.
2. Memasukkan air hujan ke dalam sumur resapan atau BIOPORI.
3. Membiarkan air hujan terserap dipermukaan tanah terutama di halaman rumah, taman, kebun, sawah dan hutan.
4. Mengalirkan ke kolam, embung, telaga, empang, dll.
5. Semua selokan perlu dibuatkan lubang resapan setiap jarak tertentu sehingga terjadi genangan.
6. Dan cara cara lain yang tidak mengalirkan air hujan ke sungai.
Coba bayangkan jika semua orang memandang *air hujan adalah air bersih yang menyehatkan dan penuh berkah* maka tidak akan ada musibah karena hujan.
Oleh dr. H Minanurrahman / Joni