Dwi Prastyo
Dwi Prastyo
Online
Halo 👋
Ada yang bisa dibantu?

Lombok-Sumbawa Akan Dihubungkan Jembatan


Diam-diam, kini sedang berlangsung sebuah inisiasi untuk membangun jembatan layang yang menghubungkan Lombok dan Sumbawa. Ada dua opsi. Pertama berupa pembangunan jembatan terowongan bawah laut untuk kereta api dan kendaraan (railway tunnel) yang membentang sepanjang 26 kilometer.


Sementara opsi kedua adalah membangun jalan terowongan bawah laut dan sebagian lagi akan berupa berupa jembatan layang. Mega proyek ini diinisiasi oleh perusahaan investasi asal Korea Selatan DOHWA Engineering Co. Ltd. Perusahaan ini sebelumnya telah berinvestasi membangun jembatan layang yang mengbubungkan dua pulau antara lain di Meksiko, Oman, dan juga di Korea Selatan.

Kepala Bappeda NTB H Ridwan Syah kemarin (16/17) mengungkapkan, pre feasibility study tersebut sudah berlangsung selama tiga bulan. “Bulan-bulan ini proses pre feasibility tersebut sudah akan rampung,” kata Ridwan.

Dia menjelaskan, kelak, jika jembatan yang menghubungkan Lombok-Sumbawa ini benar-benar layak, maka seluruh pembangunannya akan menggunakan skema pembiayaan dari investor. “Jadi pembangunannya akan dilakukan sepenuhnya oleh investor dari Korea Selatan ini,” kata Ridwan, merujuk pada DOHWA Enggineering Co. Ltd.

Saat ini belum dipastikan berapa investasi yang dibutuhkan untuk membangun jembatan yang menghubungkan Lombok-Sumbawa. Yang pasti, pemerintah provinsi kata Ridwan sangat menyambut gembira inisiasi ini. “Ini akan menjadi investasi yang besar sekali,” katanya.

Dia memastikan, dalam pre feasibility study yang sedang berlangsung, seluruh aspek dinilai. Sehingga akan mendukung opsi-opsi yang akan dipilih dari dua opsi yang tersedia. Dan tentu saja dari sisi aspek kelayakan bisnis. Mengingat, jembatan ini akan beroperasi seperti layaknya jalan tol, di mana mereka yang melintasinya mesti membayar sesuai tarif yang ditetapkan.

“Jadi saya bisa bayangkan konektivitas dua pulau ini. Orang gak usah antre berjam-jam di Poto Tano dan di Kayangan,” kata Ridwan.

Kalau benar jembatan ini dibangun, maka hal tersebut kata dia akan memiliki daya ungkit yang sangat besar bagi konektivtias dan pengembangan ekonomi dua pulau bertetangga ini. Sebab, kalau jembatan ini jadi, maka hanya perlu waktu 15 menit saja dari Pulau Lombok untuk sampai di Pulau Sumbawa.

“Ini akan memperpendek jarak. Secara ekonomi bagus. Interaksi antar pulau pun akan sangat meningkat pesat,” kata Ridwan.

Bandingkan dengan kondisi saat ini di mana penyeberangan harus berjalan selma 1,5 jam. Belum lagi termasuk lama antre di dermaga. Saat ini, jalur penyeberangan Kayangan-Poto berjarak 12 mil, dan dilayani 29 kapal setiap hari. Trafik kendaraan, lalu lintas barang dan orang dalam penyeberangan ini akan menjadi salah satu bagian yang dikaji selama pre feasibility study.

Keberadaan jembatan juga kata Ridwan akan sangat mendongkrak pengembangan sektor pariwisata di Pulau Sumbawa. Sekarang,  wisatawan memang masih menumpuk di Lombok. Jarang ke Sumbawa. Karena infrastruktur yang memang belum sememadai yang ada di Lombok. Hanya mereka yang benar-benar niat untuk berwisata yang meneruskan perjalanan wisata ke Pulau Sumbawa.

Ditanya terkait nasib penyeberangan Kayangan-Poto Tano jika jembatan ini kelak jadi dibangun, Ridwan mengatakan hal tersebut adalah merupakan risiko ekonomi. Dan hal tersebut tak jadi masalah. “Yang penting kan masyarakat yang menikmati hasilnya,” tandas Ridwan sembari memberi analogi langkah penutupan Bandara Selaparang di Mataram dan kemudian digantikan dengan Bandara Internasional di Lombok Tengah.

Pertimbangkan Dua Opsi

Sementara itu, dari dokumen yang diajukan oleh DOHWA Enggineering Co. Ltd yang salinannya didapat Lombok Post, opsi pertama yang dipertimbangkan adalah jembatan penghubung berupa jembatan terowongan kereta di bawah tanah (railway tunnel). Jembatan ini selain bisa dilalui oleh kendaraan, juga akan memiliki jalur kereta.

Jembatan terowongan ini akan dibangun di bawah laut sepanjang 26 kilometer. Titik terdalam laut Selat Alas diperkirakan 116 meter. Sehingga terowongan akan dibangun di bawah kedalaman tersebut. Terowongan dibangun dengan konstruksi diameter 10 meter dan akan memiliki dua jalur kereta.

Sementara opsi kedua menggabungkan terowongan bawah laut (Undersea Tunnel) dari arah Pulau Lombok dengan jembatan layang di Pulau Sumbawa. Terowongan tersebut rencananya akan dibangun sepanjang 11 kilometer di bawah permukaan laut. Kemudian ujungnya akan menyembul dan tersambung dengan jembatan layang sepanjang 6 kilometer di sisi Pulau Sumbawa.

Undersea Tunnel ini akan dibangun dengan konstruksi terowongan berdiameter 12 meter dengan dua lajur jalan. Sementara jembatan akan dibangun dengan bentangan jembatan sepanjang 5,6 kilometer dan akses jalan sepanjang empat kilometer.

Belum diketahui berapa besar investasi yang dibutuhkan untuk membangun jembatan ini. Namun, merujuk pada proyek jembatan Incheon di Korea Selatan yang ditangani DOHWA, untuk pembangunan jembatan layang dengan bentangan 4,88 kilometer memerlukan investasi untuk konstruksi sebesar USD 700 Juta. Biaya yang sama juga untuk membangun konstruksi Jembatan Nichupte di Cancun, Meksiko. Jembatan ini dibangun dengan empat lajur jalan dengan bentangan 7,2 kilometer di atas permukaan laut.

Akses Jalan Nasional

Jalan ini nantinya akan terhubung dengan jalan akses nasional yang sudah ada saat ini. Jalan ini sendiri adalah bagian dari rangkaian jalan nasional dari Los Palos di Timor Leste menuju ke Aceh, di ujung Sumatera.

Pemerintah sendiri kata Ridwan saat ini tengah menyiapkan sejumlah opsi untuk mengembangkan jalan nasional yang ada di Pulau Lombok. Pekan lalu, Gubernur NTB H Zulkieflimansyah diundang Presiden Joko Widodo untuk menghadiri rapat terbatas di istana. Rapat terbatas tersebut juga membicarakan terkait pengembangan jalan nasional yang membentang dari Pelabuhan Lembar di Lombok Barat hingga Pelabuhan Kayangan di Lombok Timur.

Kata Ridwan, pemerintah pusat memahami bahwa kapasitas jalan yang suah ada saat ini memang sudah tak memadai. Karena itu, pemerintah pusat juga memiliki kepentingan untuk mengatasi hambatan tersebut. Tahun ini 2018 ini kata Ridwan Suah, tengah dilakukan feesibility study untuk jalan nasional ini.

Pemerintah tengah menghitung besaran anggaran yang akan dihabiskan jika jalan nasional yang ada saat ini diperlebar. Juga menghitung besaran biaya yang dihabiskan jika pemerintah membangun akses jalan baru berupa jalan layang dari Mataram ke Kayangan.

“Tentu ada plus minusnya. Tapi, itu dikaji,” kata Ridwan.

Kalau kajian itu rampung, maka rencananya tahun 2019 Pemprov NTB akan membuat dokumen detail engineering design (DED). “Kalau dokumen DED sudah oke. Baru kita akan bicara konstruksi,” kata Ridwan.

Biaya pembangunan rencananya ditanggung pemerintah pusat. Sementara pemerintah daerah akan menyiapkan dana untuk pembebasan lahan.

Namun, selain itu semua, ada juga sejumlah opsi. Antara lain membangun jalan alternatif di sejumlah titik-titik rawan kemacetan. Opsi-opsi ini misalnya sudah ditawarkan oleh pemerintah kabupaten Lombok Timur. Dan usulan-usulan tersebut juga turut dikaji oleh pemerintah. (kus/r8)

liputanntb.id – Joni Irawan
Sumber : Lombok Post 25 Oktober 2018

Berbagi

Posting Komentar