Diam-diam,
kini sedang berlangsung sebuah inisiasi untuk membangun jembatan layang yang
menghubungkan Lombok dan Sumbawa. Ada dua opsi. Pertama berupa pembangunan
jembatan terowongan bawah laut untuk kereta api dan kendaraan (railway tunnel)
yang membentang sepanjang 26 kilometer.
Sementara
opsi kedua adalah membangun jalan terowongan bawah laut dan sebagian lagi akan
berupa berupa jembatan layang. Mega proyek ini diinisiasi oleh perusahaan
investasi asal Korea Selatan DOHWA Engineering Co. Ltd. Perusahaan ini
sebelumnya telah berinvestasi membangun jembatan layang yang mengbubungkan dua
pulau antara lain di Meksiko, Oman, dan juga di Korea Selatan.
Kepala
Bappeda NTB H Ridwan Syah kemarin (16/17) mengungkapkan, pre feasibility study
tersebut sudah berlangsung selama tiga bulan. “Bulan-bulan ini proses pre
feasibility tersebut sudah akan rampung,” kata Ridwan.
Dia
menjelaskan, kelak, jika jembatan yang menghubungkan Lombok-Sumbawa ini
benar-benar layak, maka seluruh pembangunannya akan menggunakan skema
pembiayaan dari investor. “Jadi pembangunannya akan dilakukan sepenuhnya oleh
investor dari Korea Selatan ini,” kata Ridwan, merujuk pada DOHWA Enggineering
Co. Ltd.
Saat
ini belum dipastikan berapa investasi yang dibutuhkan untuk membangun jembatan
yang menghubungkan Lombok-Sumbawa. Yang pasti, pemerintah provinsi kata Ridwan
sangat menyambut gembira inisiasi ini. “Ini akan menjadi investasi yang besar
sekali,” katanya.
Dia
memastikan, dalam pre feasibility study yang sedang berlangsung, seluruh aspek
dinilai. Sehingga akan mendukung opsi-opsi yang akan dipilih dari dua opsi yang
tersedia. Dan tentu saja dari sisi aspek kelayakan bisnis. Mengingat, jembatan
ini akan beroperasi seperti layaknya jalan tol, di mana mereka yang
melintasinya mesti membayar sesuai tarif yang ditetapkan.
“Jadi
saya bisa bayangkan konektivitas dua pulau ini. Orang gak usah antre berjam-jam
di Poto Tano dan di Kayangan,” kata Ridwan.
Kalau
benar jembatan ini dibangun, maka hal tersebut kata dia akan memiliki daya
ungkit yang sangat besar bagi konektivtias dan pengembangan ekonomi dua pulau
bertetangga ini. Sebab, kalau jembatan ini jadi, maka hanya perlu waktu 15
menit saja dari Pulau Lombok untuk sampai di Pulau Sumbawa.
“Ini
akan memperpendek jarak. Secara ekonomi bagus. Interaksi antar pulau pun akan
sangat meningkat pesat,” kata Ridwan.
Bandingkan
dengan kondisi saat ini di mana penyeberangan harus berjalan selma 1,5 jam.
Belum lagi termasuk lama antre di dermaga. Saat ini, jalur penyeberangan
Kayangan-Poto berjarak 12 mil, dan dilayani 29 kapal setiap hari. Trafik
kendaraan, lalu lintas barang dan orang dalam penyeberangan ini akan menjadi
salah satu bagian yang dikaji selama pre feasibility study.
Keberadaan
jembatan juga kata Ridwan akan sangat mendongkrak pengembangan sektor
pariwisata di Pulau Sumbawa. Sekarang,
wisatawan memang masih menumpuk di Lombok. Jarang ke Sumbawa. Karena
infrastruktur yang memang belum sememadai yang ada di Lombok. Hanya mereka yang
benar-benar niat untuk berwisata yang meneruskan perjalanan wisata ke Pulau
Sumbawa.
Ditanya
terkait nasib penyeberangan Kayangan-Poto Tano jika jembatan ini kelak jadi
dibangun, Ridwan mengatakan hal tersebut adalah merupakan risiko ekonomi. Dan
hal tersebut tak jadi masalah. “Yang penting kan masyarakat yang menikmati
hasilnya,” tandas Ridwan sembari memberi analogi langkah penutupan Bandara
Selaparang di Mataram dan kemudian digantikan dengan Bandara Internasional di
Lombok Tengah.
Pertimbangkan Dua Opsi
Sementara
itu, dari dokumen yang diajukan oleh DOHWA Enggineering Co. Ltd yang salinannya
didapat Lombok Post, opsi pertama yang dipertimbangkan adalah jembatan
penghubung berupa jembatan terowongan kereta di bawah tanah (railway tunnel).
Jembatan ini selain bisa dilalui oleh kendaraan, juga akan memiliki jalur
kereta.
Jembatan
terowongan ini akan dibangun di bawah laut sepanjang 26 kilometer. Titik
terdalam laut Selat Alas diperkirakan 116 meter. Sehingga terowongan akan
dibangun di bawah kedalaman tersebut. Terowongan dibangun dengan konstruksi
diameter 10 meter dan akan memiliki dua jalur kereta.
Sementara
opsi kedua menggabungkan terowongan bawah laut (Undersea Tunnel) dari arah
Pulau Lombok dengan jembatan layang di Pulau Sumbawa. Terowongan tersebut
rencananya akan dibangun sepanjang 11 kilometer di bawah permukaan laut.
Kemudian ujungnya akan menyembul dan tersambung dengan jembatan layang
sepanjang 6 kilometer di sisi Pulau Sumbawa.
Undersea
Tunnel ini akan dibangun dengan konstruksi terowongan berdiameter 12 meter
dengan dua lajur jalan. Sementara jembatan akan dibangun dengan bentangan
jembatan sepanjang 5,6 kilometer dan akses jalan sepanjang empat kilometer.
Belum
diketahui berapa besar investasi yang dibutuhkan untuk membangun jembatan ini.
Namun, merujuk pada proyek jembatan Incheon di Korea Selatan yang ditangani
DOHWA, untuk pembangunan jembatan layang dengan bentangan 4,88 kilometer
memerlukan investasi untuk konstruksi sebesar USD 700 Juta. Biaya yang sama
juga untuk membangun konstruksi Jembatan Nichupte di Cancun, Meksiko. Jembatan
ini dibangun dengan empat lajur jalan dengan bentangan 7,2 kilometer di atas
permukaan laut.
Akses Jalan Nasional
Jalan
ini nantinya akan terhubung dengan jalan akses nasional yang sudah ada saat
ini. Jalan ini sendiri adalah bagian dari rangkaian jalan nasional dari Los Palos
di Timor Leste menuju ke Aceh, di ujung Sumatera.
Pemerintah
sendiri kata Ridwan saat ini tengah menyiapkan sejumlah opsi untuk
mengembangkan jalan nasional yang ada di Pulau Lombok. Pekan lalu, Gubernur NTB
H Zulkieflimansyah diundang Presiden Joko Widodo untuk menghadiri rapat
terbatas di istana. Rapat terbatas tersebut juga membicarakan terkait
pengembangan jalan nasional yang membentang dari Pelabuhan Lembar di Lombok
Barat hingga Pelabuhan Kayangan di Lombok Timur.
Kata
Ridwan, pemerintah pusat memahami bahwa kapasitas jalan yang suah ada saat ini
memang sudah tak memadai. Karena itu, pemerintah pusat juga memiliki
kepentingan untuk mengatasi hambatan tersebut. Tahun ini 2018 ini kata Ridwan
Suah, tengah dilakukan feesibility study untuk jalan nasional ini.
Pemerintah
tengah menghitung besaran anggaran yang akan dihabiskan jika jalan nasional
yang ada saat ini diperlebar. Juga menghitung besaran biaya yang dihabiskan
jika pemerintah membangun akses jalan baru berupa jalan layang dari Mataram ke
Kayangan.
“Tentu
ada plus minusnya. Tapi, itu dikaji,” kata Ridwan.
Kalau
kajian itu rampung, maka rencananya tahun 2019 Pemprov NTB akan membuat dokumen
detail engineering design (DED). “Kalau dokumen DED sudah oke. Baru kita akan
bicara konstruksi,” kata Ridwan.
Biaya
pembangunan rencananya ditanggung pemerintah pusat. Sementara pemerintah daerah
akan menyiapkan dana untuk pembebasan lahan.
Namun,
selain itu semua, ada juga sejumlah opsi. Antara lain membangun jalan
alternatif di sejumlah titik-titik rawan kemacetan. Opsi-opsi ini misalnya
sudah ditawarkan oleh pemerintah kabupaten Lombok Timur. Dan usulan-usulan
tersebut juga turut dikaji oleh pemerintah. (kus/r8)
liputanntb.id
– Joni Irawan
Sumber : Lombok Post 25 Oktober 2018