“Alhamdulillah
dapat tiket harganya segitu, itupun dari maskapainya bilang udah termasuk harga
tiket promosi,” terangnya, kemarin (30/5).
Dibandingkan
sebelum, ia bisa mendapat harga Rp 600 ribu sampai 700 ribu. Sementara jelang mudik Lebaran,
biasanya Rp 900 ribu. Sangat berbeda pada tahun ini, harganya naik dua kali
lipat. Namun, Rizal tidak punya pilihan lain. Karena ini satu-satunya alat
transportasi yang menurutnya aman dan cepat.
“Kalau
naik kapal, kapan sampainya ya makanya ini diusahakan pakai pesawat, nggak bawa
barang banyak-banyak, ini pakaian aja biar nggak kena biaya bagasi berbayar,”
tandasnya.
Sementara
itu, General Manager Perum Damri Cabang Mataram Jajak Sumijan mengakui, pasca
kenaikan harga tiket pesawat yang berlaku sejak awal tahun ini, ,membuat
dirinya mengubah beberapa kebijakan.
“Salah
satu kebijakan yang saya ubah yaitu penumpang yang kami angkut ke bandara
sebelumnya per 30 menit sekali, sekarang satu jam sekali,” kata dia.
Hal
ini untuk meminimalisasi biaya operasional bus yang membengkak. Bahkan tidak
sedikit bus yang lalu lalang dalam kondisi kosong. Karena penumpang yang
diangkut dari pool Damri ke Bandara Internasional Lombok (BIL) dan sebaliknya
tak lebih dari tujuh orang. Jelas pendapatan dari rute ini mengalami penurunan
sampai 40 persen.
“Belum
bangkit dari pasca gempa, lagi kita dihadapkan dengan mahalnya tiket pesawat
ini,” terang Jajak.
Namun,
jelang mudik Lebaran setidaknya sedikit bisa membantu pemulihan itu. Ia
menyebut, kenaikan penumpang pada kondisi sekarang ditaksir mencapai 20 persen.
Menurutnya, masyarakat terpaksa berhadapan dengan harga mahal, karena mau tidak
mau harus menggunakan moda angkutan udara.
“Karena
situasi kayak gini, Alhamdulillah ada kenaikan tetapi itu nggak mengubah kebijakan,
kami tetap berangkatkan penumpang setiap satu jam sekali,” pungkas Jajak. (yun/r5)
Liputanntb.id
– Joni Irawan
Sumber
: lombokpost.net 31 Mei 2019