Dwi Prastyo
Dwi Prastyo
Online
Halo 👋
Ada yang bisa dibantu?

Pola Asuh Menentukan Karakter Anak

liputanntb - Ketika menjadi orang tua baru, Anda tentu memiliki cara dan gaya sendiri saat mengasuh si Kecil. Selain pengetahuan, pola pengasuhan tersebut tentu juga dipengaruhi pengalaman saat masih kecil dulu.

Ilustrasi sumber net 
Tentu Anda masih ingat seperti apa orang tua mengasuh Anda saat masih anak-anak. Dan, apakah cara tersebut kembali Anda terapkan pada si Kecil?

Pengaruh POLA ASUH pada anak cukup besar, mulai dari kualitas kesehatan hingga pembentukan pola pikir dan kepribadian dalam jangka panjang.

Mari cari tahu lebih banyak tentang berbagai tipe pola asuh orang tua, agar bisa mendukung tumbuh kembang balita dengan lebih optimal.

Dari 4 Pola Asuh Orangtua ini, ternyata membawa pengaruh pada perkembangan psikologis anak, lho.

1. OTORITER

Ciri yang paling mudah dikenali dari Pola Asuh Otoriter adalah diterapkannya "aturan super ketat" yang wajib diikuti oleh anak. Selain itu, Pola Asuh Otoriter memiliki karakter umum sebagai berikut:
- Menuntut anak untuk menuruti semua aturan tanpa kompromi.
- Tidak mempertimbangkan pendapat dan perasaan anak.
- Memiliki ekspektasi tinggi terhadap anak.
- Hubungan orang tua dan anak dalam pola asuh otoriter cenderung dingin dan berjarak, dan lebih banyak "menggunakan hukuman" ketimbang strategi disiplin.

Hasil yang didapatkan dari pola asuh otoriter seringkali bertolak belakang dengan harapan orang tua. Selain "prestasi sekolah yang tidak terlalu baik", anak juga tumbuh menjadi pribadi yang memiliki "kepercayaan diri dan keterampilan sosial yang rendah."

Yang lebih mengejutkan, anak yang dibesarkan dalam pola asuh ini juga memiliki risiko lebih besar untuk "penyalahgunaan narkoba, gangguan kesehatan mental, serta perilaku agresif."

2. PERMISIF

Dalam tipe Pola Asuh Permisif alias SERBA BOLEH, orang tua bersikap sangat santai, bebas, dan mencoba menjadi teman bagi anaknya. Beberapa karakter umum lain dari pola asuh permisif adalah:
- Hanya memiliki "sedikit aturan," yang juga dilaksanakan dengan "sangat longgar."
- Tetap memenuhi segala kebutuhan anak dan "menganggap anak lebih tahu yang terbaik untuk dirinya."
- Jarang memberikan hukuman.
Lebih banyak "menuruti kemauan anak" ketimbang memberikan panduan.
- Karena jarang sekali diberikan batasan dan petunjuk mengenai pilihan yang baik, anak yang dibesarkan dalam pola asuh permisif cenderung lebih EGOIS, impulsif, sulit diatur, dan kurang berempati.
- Pengaruh pola asuh pada anak yang patut diwaspadai adalah meningkatnya risiko OBESITAS, gigi berlubang, dan gangguan kesehatan lain, karena "tidak diajarkan pola makan dan gaya hidup yang baik."

3. DEMOKRATIS

Pola Asuh Demokratis atau "authoritative parenting" bisa dikatakan sebagai kombinasi yang cukup pas antara tipe pola asuh PERMISIF dan OTORITER. Karakter dari tipe pola asuh orang tua ini adalah:
- Hubungan yang positif dan hangat antara orang tua dan anak.
- Ada ATURAN TEGAS yang harus diikuti anak, disertai penjelasan dibalik aturan tersebut.
- Orang tua bisa bersikap tegas dalam menerapkan aturan dan memberikan konsekuensi, tapi tetap "mempertimbangkan pendapat dan perasaan anak."
- Berkat strategi disiplin yang positif, anak yang dibesarkan dalam pola asuh demokratis cenderung memiliki kemampuan "berpikir kritis dan mengambil keputusan yang lebih baik."
- Selain itu, mereka juga tumbuh menjadi pribadi "bertanggung jawab" yang tidak ragu dalam mengungkapkan pendapat mereka.

4. PENGABAIAN/ PEMBIARAN

Tidak sedikit juga orang tua yang abai dengan kebutuhan bahkan keberadaan anak mereka. Beberapa karakter umum dari pola asuh pengabaian adalah:
- Tidak memiliki aturan dan tidak ada hukuman.
- Anak diharapkan untuk belajar dan memenuhi kebutuhannya sendiri.
- Jarang ada komunikasi antara anak dan orang tua.
- Pengabaian tidak selalu dilakukan dengan sengaja, tapi bisa juga karena orang tua memiliki gangguan kesehatan fisik atau mental, memiliki aktivitas yang sangat padat, sedang mengalami masalah berat dalam hidup, dan sebagainya.

Anda mungkin sudah bisa menduga, anak dibesarkan dalam pola asuh ini cenderung memiliki "kepercayaan diri yang rendah" dan prestasi sekolah yang kurang baik. Dalam jangka panjang, anak juga cenderung mengalami "gangguan perilaku serta gangguan kesehatan mental."

POLA ASUH TERBAIK. Berdasar penelitian ekstensif yang berlangsung selama 50 tahun lamanya, para pakar perkembangan anak di seluruh dunia sepakat bahwa tipe "pola asuh orang tua DEMOKRATIS adalah yang terbaik" untuk tumbung kembang anak.

Meskipun demikian, pola asuh pada setiap jenjang usia anak agak berbeda. Usia anak dibagi dalam tiga jenjang yaitu usia pra sekolah (0 - 6 tahun), usia sekolah (6 - 12 tahun), dan usia remaja (12 -18 tahun).

Pada usia Pra Sekolah anak cenderung ingin bebas mengeksplorasi lingkungan sekitar dan meniru perilaku orang sekitar. Maka anak butuh lingkungan yang aman dan teladan dari orang sekitar. Pola Asuh Orangtua sebaiknya cenderung ke PERMISIF sehingga ketrampilan, dan psikologi anak bisa cepat berkembang.

Ketika memasuki Usia Sekolah, anak cenderung belajar disiplin mematuhi berbagai aturan, memahami berbagai pengetahuan, bereksperimen dengan alam, dan berinteraksi sosial. Pada masa ini Pola Asuh yang lebih baik adalah cenderung OTORITER. Dengan demikian anak akan lebih cepat patuh aturan, memahami ilmu dengan pasti, antusias belajar, dan pandai bersosialisasi.

Selanjutnya ketika anak memasuki usia remaja, dia sudah mempunyai cita-cita dan keinginan yang kuat. Maka Pola Asuh yang lebih tepat adalah DEMOKRATIS yang memberikan ruang pada anak untuk berpendapat dan mengambil keputusan dengan arahan orangtua. Dengan pola asuh demokratis, anak cenderung percaya diri, mandiri, bertanggung jawab, dan aktif ber partisipasi di lingkungan sosial.

Sedangkan Pola Asuh Pengabaian adalah termasuk KEKERASAN TERHADAP ANAK dan ini bisa terancam Pidana. Semoga bermanfaat.

Oleh dr. H. Minanurrahman - Joni Irawan 6.7.2019

Berbagi

Posting Komentar