Kisah Petani Jawa Dapat Harta Karun Emas 16 Kg Saat Gali Sawah
- Diposting oleh : Joni Irawan
- pada tanggal : 10/20/2024 06:16:00 PM
![]() |
Foto: Emas batangan. (AP Photo) |
LIPUTAN NTB -- Siapa yang tidak ingin menemukan harta karun? Orang pasti senang menemukan barang dengan nilai tinggi di tempat yang tak terduga. Terlebih lagi, jika harta karun tersebut ditemukan tanpa sengaja.
Konon,
seorang petani di Jawa yang menemukan harta karun emas saat menggali sawah.
Kisah ini bermula ketika Cipto Suwarno sudah seminggu lebih sibuk menggali
lahan sawah miliknya di Desa Wanoboyo, Klaten, Jawa Tengah.
Bermodalkan
cangkul berukuran sedang, Suwarno menggali tanah dari matahari terbit hingga
tenggelam. Tak terhitung berapa luas tanah yang sudah tercabik olehnya.
Pokoknya,
dia ingin air irigasi bisa masuk ke lahan sawahnya seperti sedia kala. Maklum,
proyek di sekitar sawah telah mengacak-acak kontur lahan. Namun, pada Rabu 17
Oktober 1990 saat menggali di kedalaman 2,5 meter, tangan Suwarno mendadak
berhenti.
Mata
cangkulnya tiba-tiba menyentuh benda keras. Mulanya dia berpikir hanya batu dan
lantas menyingkirkannya. Akan tetapi, saat benda keras itu diangkat dia
langsung terperanjat.
"Emas,
emas, emass!!!," teriak Suwarno.
Betapa
kagetnya dia melihat benda keras bukanlah batu, melainkan guci keramik dibalut
emas. Kerumunan pun langsung terjadi. Di hadapan para pejabat desa, dia
melanjutkan penggalian dan ditemukan harta karun fantastis: 16 Kg emas.
"Jika
dirinci, barang temuan tadi terdiri dari bokor gembung, 6 tutup bokor, 3
gayung, 1 baki, 97 gelang, 22 mangkuk, pipa rokok, guci besar, 2 guci kecil, 11
cincin, 7 piring, 8 subang, tas tangan, keris, manik-manik, dan uang
logam," tulis Tempo (3 November 1990).
Penemuan
Suwarno kemudian dicatat sejarah sebagai Harta Karun Wonoboyo yang kelak
dianggap sebagai temuan arkeologi berupa emas terbesar sepanjang sejarah.
Para
arkeolog menyimpulkan seluruh harta karun tersebut berasal dari akhir abad ke-9
hingga pertengahan abad ke-10. Kesimpulan ini diperoleh karena bentuk temuan
emas yang sesuai dengan zamannya. Dalam mangkuk emas ada relief Ramayana. Lalu,
di koin emas terdapat tulisan "Saragi Diah Bunga."
Terlepas
dari kapan dan dari mana harta itu berasal, Harta karun Wonoboyo dapat
mengindikasikan bagaimana orang-orang Jawa pada masa kerajaan kuno abad ke-9
dan 10, baik elit atau rakyat biasa, menggunakan emas dalam kehidupan
sehari-hari. Bahkan, jauh sebelum masa itu.
Hobi Pakai
Emas
Dahulu emas
memang bisa diperoleh dengan mudah dan murah. Alhasil, benda berharga itu
melekat dalam kehidupan masyarakat Jawa kuno.
Berbagai
catatan menunjukkan di era Majapahit (1293-1527 M), misalnya, para bangsawan
kerap memiliki emas dalam jumlah besar. Berbagai benda dilapisi oleh emas,
mulai dari kereta hingga kipas.
Selain itu,
sebagaimana dipaparkan Stuart Robson dalam Desawarna by Mpu Prapanca (1995),
kerajaan Daha yang sezaman dengan Majapahit juga punya kebiasaan serupa. Dia
menyoroti kebiasaan putri dari Raja Daha yang kerap menggunakan kereta berlapis
emas.
Lalu,
arkeolog Slamet Mulyana dalam Menuju Puncak Kemegahan (2012), menceritakan
bagaimana emas menjadi barang idaman di era Majapahit seperti yang ditulis oleh
Empu Prapanca dalam Nagarakertagama.
"Ia
ingin sama dengan empu Winada yang bercita-cita mengumpulkan banyak uang dan
emas," tulis Prapanca, ditulis ulang oleh Slamet Mulyana.
Kegemaran
mengoleksi emas juga tak hanya buat estetika, tapi juga transaksi perdagangan.
Erwin Kusuma dalam Uang Indonesia: Sejarah dan Perkembangannya (2021) mencatat,
masyarakat Jawa kuno lazim menggunakan emas dalam transaksi perdagangan di
pasar. Hanya saja, transaksi melalui emas digunakan dalam skala besar, seperti
jual-beli tanah, bukan transaksi di pasar.
Kaitan
antara masyarakat Jawa dan emas juga kerap menjadi sorotan penjelajah asing.
Saat berkunjung ke Jawa, penjelajah China takjub melihat para raja hidup mewah.
Seperti diceritakan Nusantara dalam Catatan Tionghoa (2009), penjelajah China
tersebut melihat emas bertaburan di sekitar raja. Saat makan saja mereka
menggunakan peralatan berbahan emas.
Sementara
penjelajah Eropa Tome Pires dalam Suma Oriental (1944) juga berkata demikian.
Saat mengunjungi Jawa tahun 1513 dia melihat raja Jawa yang sangat kaya.
Penampilannya dari atas ke bawah full menggunakan emas. Bahkan, para pengawal
dan anjing peliharaan juga memakai kalung dan gelang emas.
Meski hobi
memakai emas, mereka tak bisa mendapatnya di Pulau Jawa. Maka, untuk
memperolehnya para penduduk biasa mengimpor emas dari Sumatera, pulau yang
memang disebut sebagai 'Surga Emas'. Atau mereka bisa mendapatnya dari India.
Seiring
waktu, kebiasaan menggunakan emas terus berlanjut. Namun, saat runtuhnya
kerajaan kuno dan kemunculan kolonialisme, terjadi perubahan pola hidup. Di
titik perhiasan emas kemudian menjadi harta karun terpendam. Barang itu
tertimbun di bawah tanah antah berantah yang terus menjadi objek pemburu harta
karun.
Sampai
akhirnya, emas kerajaan ditemukan dalam skala besar di Wonoboyo. Harta karun
Wonoboyo kemudian disimpan di Museum Nasional, Jakarta. source Jakarta, CNBC Indonesia