LIPUTAN NTB -- Dalam beberapa tahun terakhir, Nusa Tenggara Barat (NTB) telah mengalami tantangan besar terkait penyerapan tenaga kerja baru. Apalagi ketersediaan kesempatan kerja di wilayah tersebut tak sebanding dengan tingginya jumlah tenaga kerja baru yang memasuki pasar.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan angkatan kerja baru di Indonesia mencapai 3,1 juta jiwa per tahun, dengan kisaran 163 ribu hingga 200 ribu di antaranya berasal dari NTB. Kepala Dinas Ketenagakerjaan NTB, Gede Aryadi, menekankan pentingnya strategi yang matang dalam menyiapkan tenaga kerja lokal agar bisa bersaing, baik di tingkat lokal, antar daerah, maupun internasional.
Salah satu upaya yang ditempuh adalah melalui program Pepadu Plus, sebuah inovasi pembangunan tenaga kerja yang diluncurkan sejak tahun 2021. Pepadu Plus merupakan akronim dari Pelatihan dan Pemberdayaan Tenaga Kerja Terpadu.
Program itu dirancang dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk perusahaan-perusahaan, untuk memastikan bahwa tenaga kerja yang tidak terserap oleh dunia kerja dapat beralih menjadi wirausahawan mandiri melalui pendampingan dan pelatihan.
“Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sangat penting dalam meningkatkan penyerapan tenaga kerja, dengan kolaborasi ini, angka pengangguran di NTB terus menunjukkan penurunan, meskipun pertumbuhan angkatan kerja baru tetap tinggi setiap tahunnya,” ujar Aryadi, pada Jumat (27/9/2024).
Data BPS menunjukkan bahwa sejak pandemi Covid-19 melanda, sektor pariwisata menjadi salah satu yang paling terdampak. Banyak pekerja di sektor tersebut harus dirumahkan, bahkan mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK). Pada tahun 2020, tingkat pengangguran di NTB mencapai 4,25%.
“Namun, berkat program Pepadu Plus, angka ini berhasil ditekan secara signifikan. Pada tahun 2021, tingkat pengangguran di NTB turun menjadi 3,01%, kemudian terus menurun menjadi 2,89% pada tahun 2022. Terakhir, data dari BPS menunjukkan bahwa pada tahun 2023, tingkat pengangguran kembali turun menjadi 2,80%. Capaian ini sangat positif mengingat pertumbuhan angkatan kerja baru di NTB yang cukup tinggi,” jelas Aryadi.
NTB menjadi salah satu wilayah yang diuntungkan dengan keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, yang dikenal sebagai destinasi super prioritas. Sektor pariwisata di wilayah ini tidak hanya membutuhkan tenaga kerja di bidang perhotelan, tetapi juga di sektor-sektor pendukung lainnya, seperti penyediaan makanan, transportasi, hingga layanan penginapan.
“Selain pariwisata, Pulau Sumbawa juga memiliki sektor strategis nasional, yaitu pertambangan. Saat ini, pembangunan smelter di wilayah tersebut terus dilakukan. Seiring dengan perkembangan ini, kebutuhan tenaga kerja juga meningkat, terutama di sektor-sektor pendukung tambang,” ucap Aryadi.
Menurut Gede Aryadi, salah satu perusahaan besar yang menjadi penopang ekonomi di wilayah Sumbawa adalah PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT). Pada akhir tahun 2022, jumlah tenaga kerja di PT AMNT beserta seluruh subkontraktor yang menjadi mitranya mencapai sekitar 9.700 orang. Namun, pada tahun 2024, angka ini melejit menjadi sebanyak 37.000 orang.
“Pekerja di PT AMNT sendiri hanya sekitar 2.000 hingga 3.000 orang, sisanya adalah tenaga kerja yang direkrut oleh perusahaan-perusahaan mitra atau subkontraktor dari PT AMNT,” jelas Aryadi. Angka tersebut menunjukkan betapa besar kontribusi sektor pertambangan terhadap penyerapan tenaga kerja di NTB.
Meski sebagian besar tenaga kerja di PT AMNT dan perusahaan mitranya adalah lokal, terdapat sekitar 1.224 tenaga kerja asing yang bekerja secara bergiliran di 50 perusahaan yang terkait dengan pembangunan smelter. Tenaga kerja asing ini berasal dari berbagai negara, termasuk Inggris, India, dan Cina.
Kehadiran tenaga kerja asing ini sangat terbatas, hanya kurang dari 1% dari total tenaga kerja yang bekerja di PT AMNT dan perusahaan mitranya. Namun, keberadaan smelter dan industri pertambangan di Sumbawa memberikan dampak besar terhadap pertumbuhan ekonomi lokal.
“Penyediaan makanan, penginapan, dan transportasi merupakan sektor-sektor yang akan mengalami peningkatan permintaan seiring dengan berkembangnya industri pertambangan. Ini yang harus kita siapkan,” lanjut Aryadi. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan lokal menjadi sangat penting agar masyarakat setempat dapat ikut serta dan mengambil manfaat dari pertumbuhan sektor ini.
Sebagai upaya untuk mempersiapkan tenaga kerja lokal yang kompeten di sektor pertambangan, sejak tahun 2022, Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat telah mendirikan Training Center Khusus Tambang. Fasilitas ini memberikan pelatihan kepada tenaga kerja lokal agar dapat bekerja di sektor tambang dengan kompetensi dan standar keamanan yang tinggi.
Training center ini dikelola oleh putra asli Sumbawa yang merupakan alumni PT Newmont, perusahaan tambang yang beroperasi di wilayah tersebut sebelum diambil alih oleh PT AMNT. Pengalaman kerja yang dimiliki pengelola ini menjadi nilai tambah dalam menyediakan pelatihan yang relevan dan berkualitas bagi tenaga kerja lokal. source investor