![]() |
Mendikdasmen Abdul Mu'ti menjawab pertanyaan awak media soal kriteria Merdeka saat mengunjungi Palembang. (Foto: RRI/Saadatuddaraen) |
LIPUTAN NTB - - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti mengkaji ulang penerapan kebijakan 'Merdeka' Nadiem Makarim. Pasalnya, konsep Merdeka Belajar memicu maraknya guru dikriminalisasi akibat menegur muridnya.
Mendikdasmen Abdul Mu'ti mengatakan s sejumlah kasus yang menjerat guru karena menegur murid disebut salah satunya dipicu konsep Merdeka Belajar. Ia tak menampik kebijakan tersebut menimbulkan polemik di tengah masyarakat.
“Soal yang pertama Merdeka Belajar juga termasuk yang sedang kami kaji. Karena memang ini adalah bagian dari kebijakan yang sekarang ini menimbulkan polemik,” ujarnya, Sabtu (2/11/2024).
Mu'ti mengaku mendapat banyak masukan terkait kebijakan Kebijakan Merdeka. Penerapannya perlu dikaji ulang, maka terjadilah tenaga pendidik dikriminalisasi mengingat sebaran kualitas pendidikan di Tanah Air belum merata.
“Ada pendidikan yang sudah sangat maju di kota-kota besar di Indonesia, misalnya di Palembang, Sumatera Selatan. Tapi ada yang maju tak gentar di Oku dan sebagainya,” kata Mu'ti.
Namun, Mu'ti mengungkapkan pengkajian kurikulum pendidikan di Indonesia bukanlah hal yang mudah. Banyak faktor yang harus menjadi pertimbangan, seperti kualitas dan ketersediaan guru, serta sarana prasarana sekolah.
“Karena ada sekolah yang gurunya berlebih sampai kekurangan jam mengajar. Tapi ada sekolah yang gurunya hanya satu untuk satu sekolahan,” ucapnya.
Mu'ti juga bicara soal perlindungan guru di Indonesia. Secara aturan, sudah ada pasal dalam Undang-undang yang memberikan jaminan hukum bagi guru.
Namun, masalah yang ada saat ini bukan pada adanya regulasi. Melainkan pada penegakan dan pelaksanaan aturan tersebut, ujarnya.
Tantangan yang saat ini dihadapi adalah kurangnya komunikasi antara orang tua dengan guru. Ia menilai terdapat sejumlah faktor penyebab, seperti kemampuan guru pedagogi dalam penanganan individu dan manajemen kelas.
Masalah lainnya, lanjut Mu'ti, adanya ekpekstasi berlebihan dari orang tua kepada guru dapat memicu ketegangan. Adanya bimbingan konseling, pedidikan nilai dan moral, serta kerja sama antara orang tua dan sekolah. source rri