![]() |
Foto: Ilustrasi (Dok. Freepik) |
LIPUTAN NTB --- Di berbagai belahan dunia, kata "OK" atau "Oke" lazim digunakan banyak orang untuk berkomunikasi, baik lisan atau tulisan. Sering kali, kata ini digunakan sebagai kata kerja, sifat atau benda sekaligus.
Lalu, kata "Oke" biasanya juga dipakai sebagai
cara menunjukkan persetujuan, penerimaan, kebenaran atau bentuk ungkapan tidak
ada sesuatu yang salah. Namun, belum banyak orang tahu ternyata kata tersebut
sebenarnya singkatan dan punya sejarah panjang.
BACA JUGA : Kasus Alat TIK Dikbud Lotim Senilai 30 Miliar Kian Memanas, Oknum Pejabat ASN Mulai Gelisah
Mulanya, berseliweran berbagai pendapat berbeda soal
kemunculan kata "Ok". Ada yang menyebut kata tersebut berasal dari
bahasa suku Indian, yakni "Okeh". Ada pula orang berargumen kalau
kata tersebut singkatan dari salah satu merek biskuit di AS, yaitu "Orrin
Kendall".
BACA JUGA : Kadis Dikbud NTB Mangkir Pemeriksaan Kasus Pungli Proyek SMK, Berdalih Mendampingi Pj Gubernur
Meski begitu, pada dekade 1960-an, ahli bahasa Allen Walker
Read menelusuri asal-usul kata "Ok". Dalam studi berjudul "The
First Stage in the History of "O.K"" (1963), Read
menelusuri kata tersebut ternyata berawal dari tahun 1839.
Pada 23 Maret 1839, surat kabar di AS, Boston Post,
menjadi yang pertama mempopulerkan kata "Ok" di dunia. Redaktur
bernama Charles Gordon Greene menulis kata "Ok" di judul berita guna
mengikuti trend singkat-menyingkat kata yang gandrung di kalangan penutur
bahasa Inggris di AS tahun 1830-an. Kala itu, sudah ada singkatan seperti
"RTBS" (Remains to be Seen), OMG (Oh My God), dan sebagainya.
BACA JUGA : Pemilik Industri Media Digital LIPUTAN NTB, Siap Kawal Seluruh Program Pemimpin Terpilih di NTB
Nah, Charles mempopulerkan kata baru, yakni "Ok".
Ini merupakan singkatan dari "oll korrect", ubahan dari "all
correct". Sesuai makna dan artinya, kata tersebut berupaya mengonfirmasi
kebenaran atas apapun yang terjadi. Sifat bahasa yang dinamis kemudian membuat
"Ok" menjadi kata serbaguna dalam bahasa Inggris.
Apapun pertanyaan, konfirmasi, permintaan, pasti dijawab
"Ok". Belakangan, kata ini juga meresap ke berbagai bahasa lain di
dunia. Allen Walker Read menyebut alasannya karena "Ok" mudah
diucapkan dan sangat singkat. Bahkan, "Ok" seakan-akan jadi simbol
dalam bertutur kata. Meskipun pada sisi lain penyingkatan kata tak bisa
menunjukkan emosi penutur. Bisa saja "Ok" menunjukkan konfirmasi
positif dan negatif.
Popularitas kata "Ok" juga terjadi di bahasa
Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengubah "Ok" menjadi
"Oke". Lalu mengartikannya sebagai "kata untuk menyatakan
setuju". Sama seperti di luar negeri, kata ini juga dipakai untuk
konfirmasi persetujuan, penerimaan, kebenaran atau bentuk ungkapan tidak ada
sesuatu yang salah dalam laku komunikasi orang Indonesia. sumber :