Joni rawan, S.Pd., M.Si
Joni rawan, S.Pd., M.Si
Online
Halo 👋
Ada yang bisa dibantu?

Aku Cinta Kebersihan ; Kado Hari Peduli Sampah Nasional


Aku Cinta Kebersihan ; Kado Hari Peduli Sampah Nasional

Oleh: Hj. IGA Widari, S.E., M.Pd.
Pembantu Ketua II STKIP Paracendekia NW Sumbawa dan Ketua Bidang Lingkungan Hidup Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kabupaten Sumbawa


Tanggal 21 Februari adalah Hari Peduli Sampah Nasional. Kepedulian terhadap sampah identik dengan komitmen terhadap kebersihan dan terkait dengan kesehatan.  Bila lingkungan kita bersih maka kesehatan badanpun akan tercapai.

Kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran termasuk di antaranya debu, sampah, dan bau.

Kebersihan merupakan tanda dari higienitas yang baik. Kebersihan diri maupun lingkungan perlu dijaga agar kita selalu sehat, tidak berbau dan tidak menyebabkan kotoran dan menularkan penyakit kepada orang lain.

Jadi, ada dua aspek kebersihan.

Pertama,

kebersihan diri, meliputi mandi, gosok gigi, mencuci tangan, dan memakai pakaian yang bersih. Mencuci merupakan salah satu cara menjaga  kebersihan menggunakan sejenis air atau sabun dengan produk kebersihan.

Kedua,

kebersihan lingkungan merupakan keberishan tempat tinggal, tempat bekerja, meliputi menyapu, mengepel  lantai, mencuci peralatan masak dan makan, membersihkan kamar mandi, membersihkan pekarangan, jalan, saluran dan selokan serta membuang sampah pada tempat-tempat yang telah disediakan.

Adapun menurut perspektif Islam, kebersihan meliputi aspek fisik dan batin serta sebagai bagian dari iman.

Menurut Imam Nawawi (2018), perhatian terhadap kebersihan adalah bukti kesempurnaan keislaman seseorang. Tubuh kita adalah amanah yang wajib dijaga kebersihannya sehingga terhindar dari penyakit yang dapat mengurangi produktivitas kebaikan.

Aspek batin dari kebersihan disebut kesucian. Yang menarik adalah bahwa di dalam kebersihan secara fisik sejatinya termuat elemen kesucian. Hal ini terkandung, misalnya, dalam kata ‘mencuci’.

Menurut Prof. Maman Abdurrahman (2013), ‘mencuci’ diambil dari kata ‘mensucikan’, yang secara lahiriah berarti membuat bersih dan secara batiniah berarti membuat suci.

Dalam Islam, kebersihan tidak hanya mencakupi diri sendiri, tetapi juga mencakup lingkungan yang bersih dari kotoran yang merupakan najis (seperti kencing, kotoran manusia atau binatang, darah).

Elemen kebersihan batin atau kesucian tercermin pada kewajiban seorang hamba untuk membersihkan atau mensucikan harta bendanya yang telah memenuhi jumlah tertentu dengan mengeluarkan zakatnya. Singkatnya, Islam menetapkan kebersihan sebagai salah satu intisari agama.

Banyak pemerintahan di dunia memberikan perhatian serius terhadap aspek kebersihan. Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat selama masa kepemimpinan Zulkieflimansyah dan Sitti Rohmi Djalilah sebagai gubernur dan wakil gubernur (2018-2023) telah menggemakan kebijakan zero waste yaitu bagaimana agar sampah benar-benar ditangani dengan serius sehingga jumlahnya mencapai titik nol.

Maurilla Imron (zerowaste.id/knowledge) mengemukakan bahwa zero waste adalah filosofi yang diterapkan sebagai gaya hidup untuk mewujudkan siklus hidup sumber daya dengan memanfaatkan kembali produk-produk yang ada. Misalnya,  plastik seharusnya tidak hanya digunakan sekali dan setelah itu dikirim ke tempat pembuangan (landfill), namun terus digunakan untuk berbagai kebutuhan yang cocok.

Namun, lebih dari itu, zero waste tidak hanya berkaitan dengan recycle atau daur ulang, namun perlu dimulai dengan 3R, yaitu Refuse, Reduce, dan Reuse, dan ketika tiga hal ini sudah tidak mungkin, baru masuk ke tahap Recycle dan Rot.

Bea Johnson sebagaimana diringkas oleh Mathilde Moyell Juul (2017) menjelaskan kelima istilah di atas sebagai pengejewantahan gaya hidup zero waste.

[1] Refusing berarti menolak segala sesuatu yang sebenarnya tidak kita butuhkan. Misalnya, kita tidak perlu mencetak kartu nama (business card) karena sudah bisa berbagi identitas secara elektronik atau daring.

[2] Reduce artinya menurunkan kebutuhan atau konsumsi kita kepada hal-hal yang sangat kita perlukan atau gunakan, dan membuatnya bermanfaat untuk orang lain atau masyarakat, dan memungkinkan adanya pemasaran barang-barang bekas. Misalnya, ketika mentraktik orang penting untuk makan di restoran, pesanlah makanan sesuai jumlah yang kira-kira akan habis sehingga tidak meninggalkan sisa yang harus dibuang. Contoh lain, pakaian-pakaian yang menumpuk di lemari dan tidak dipakai selama bertahun-tahun sebaiknya disalurkan sebagai sumbangan atau dijual di toko-toko barang bekas.

[3] Reuse artinya tidak lagi menggunakan sesuatu yang biasa sekali pakai langsung dibuang dengan sesuatu yang bisa digunakan berulang-ulang. Misalnya, pergi berbelanja dengan membawa kantong atau tas dari rumah, mengganti tisu dari kain-kain bekas, minum dengan gelas daripada botol plastik sekali pakai, dan membeli barang bekas (second hand) bila kita benar-benar butuh membelinya.

Ketika ketiga hal di atas sudah tidak dapat diterapkan, baru berlaku tahapan keempat dan kelima. Zero waste itu tidak hanya berhubungan dengan bagaimana banyaknya kita melakukan [4] Recycle, mendaur ulang, yaitu mengolah kembali sampah seperti bahan plastik atau kertas menjadi plastik atau kertas untuk digunakan kembali.

Zero waste adalah tentang bagaimana kita sesedikit mungkin melakukan daur ulang karena kita telah memaksimalkan 3R yang sebelumnya. Langkah terakhir dalam gaya hidup zero waste adalah [5] Rot, yaitu mengolah menjadi kompos bahan-bahan yang bersifat organik, seperti kulit buah dan bagian-bagian sayur, ikan dan tulang yang tidak dimakan. Perlu diingat kulit buah tidak termasuk buah yang sebenarnya tidak punya kulit seperti apel dan wortel karena pada kulitnya adalah kumpulan nutrisi yang menyehatkan badan.

Penulis memiliki beberapa catatan berdasarkan pengamatan sehari-hari terkait kebiasaan dan sikap terhadap kebersihan.

Pertama, penulis mengamati bahwa kebersihan diri terkadang kurang mendapat perhatian, termasuk oleh beberapa pelajar atau mahasiswa. Misalnya, setelah makan lupa gosok gigi, buru-buru ke sekolah sehingga tidak sempat mandi dan memakai seragam yang belum dicuci.  Akibatnya guru di sekolah, teman sekelas maupun supir angkutan merasa tidak nyaman saat berdekatan dengan kita. Disiplin dalam diri masih kurang perhatian bahkan menjadi nomor yang terakhir.

Kedua, terkait kebersihan lingkungan, masih banyak orang, termasuk mahasiswa, di rumah atau kost, pakaiannya yang kotor diletakkan tidak beraturan. Hal ini dapat mendatangkan penyakit karena akan mengundang nyamuk, yang kemudian berkembang biak dan menimbulkan penyakit.

Kita atau masyarakat banyak yang memandang kebersihan sebagai hal yang sepele. Ada bak sampah yang disiapkan terkadang tidak dimanfaaatkan dengan baik dan membuang sampah sembarangan. Ketika ada angin, sampah beterbangan kesana kemari.  Bau yang tidak sedap muncul dikarenakan sampah yang berserakan di sana sini. Kesadaran belum tertanamkan dalam diri dan masyarakat kita. Poster-poster dan slogan-slogan tentang kebersihan seringkali tidak terlalu berdampak positif.

Penulis juga mengamati bahwa pengaruh lingkungan sosial terkadang menjadi faktor yang dominan  dalam mempengaruhi kelalaian  seseorang terhadap sampah.  “Waah si A saja buang sampah juga di situ, maka saya juga dah kata si B.” Itu kadang-kadang yang terlontar dari siswa, mahasiswa atau masyarakat jika diminta untuk tidak buang sampah sembarangan. Sifat ikut-ikutan yang latah ini berlanjut dari hari kehari sehingga sampah sulit bisa ditangani dan terus menumpuk dan menimbulkan aroma yang kurang sedap.

Sementara itu, di negara-negara maju, komitmen sosial warga terhadap kebersihan sangatlah tinggi. Seperti pengalaman penulis saat mendampingi suami ketika menempuh studi doktoralnya selama kurang lebih 4 tahun, tepatnya di Adelaide Australia Selatan.

Suasana kota bersih dan nyaman. Sampah sangat jarang kita temui di jalan-jalan, mal-mal maupun tempat hiburan dan taman-taman kota yang notabene banyak dikunjungi orang dengan membawa anak dan cemilan.  Kebersihan kota ini bisa  kita acungkan jempol.  Kamipun menyesuaikan diri untuk disiplin tidak membuang sampah sembarangan. Semua tempat selalu ada tanda buang sampahnya dan tidak boleh merokok.

Tulisan ini penulis buat untuk menyadarkan kita semua agar kita sama-sama mengingatkan diri dan lingkungan serta masyarakat kita, termasuk juga generasi muda kita akan pentingnya kebersihan. Beberapa hari para kepala daerah dan wakil kepala daerah provinsi, kabupaten dan kota akan segera dilantik dan memulai mewujudkan visi dan misinya.

Penulis berharap para pemimpin daerah yang baru, termasuk di Provinsi NTB dan Kabupaten Sumbawa memiliki komitmen kuat mewujudkan agenda kebersihan zero waste yang meliputi pembangunan kesadaran untuk mewujudkan kebersihan diri, kebersihan lingkungan, dan kebersihan dalam perspektif religius. Sebagai warga, dari sekarang bagaimana kita memulai langkah ini dari diri kita sendiri, terus lanjut pada lingkungan sekitar kita sehingga terwujud sinergi dengan agenda pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya. Salam semangat.

========
--------------

Berbagi

Posting Komentar